kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah petani olahan karet bertahan di tengah pandemi corona


Jumat, 08 Mei 2020 / 14:08 WIB
Kisah petani olahan karet bertahan di tengah pandemi corona
ILUSTRASI. Buruh tani memanen getah karet di Desa Tunas Baru, Sekernan, Muarojambi, Jambi, Kamis (30/4/2020). Buruh tersebut mendapatkan upah 50 persen dari hasil penjualan getah yang dipanen. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/aww.


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor pertanian terhempas pandemi virus corona. Salah satunya komoditas karet . Harga bahan olah karet (Bokar) terus mengalami penurunan.

Sebelum penyebaran Covid-19 melanda harga bokar di tingkat petani yang ditentukan oleh kandungan Kadar Kering Karet (K3) 50% berkisar antara Rp 8.000-Rp 8.500 per kilogram. Kini harga bokar di tingkat petani yang umumnya bergabung dalam kelembagaan Unit Pengolahan & Pemasaran Bokar (UPPB) hanya berkisar antara Rp 5000-Rp 5.500 per kilogram. 

Bokar yang dihasilkan petani karet non UPPB yang K3 di bawah 50% bisa lebih rendah lagi. Harga bokar dengan K3 di atas  60% saat ini berada pada harga Rp. 10.500.

Turunnya harga bokar disebabkan, pabrik crumb rubber membatasi pembelian bokar. Pasalnya. penjualan bokar ke luar negeri mengalami penurunan sehingga gudang-gudang pada umumnya telah penuh dengan stok bokar yang mengendap dan belum bisa dijual.

Kondisi penurunan harga ini jelas memukul para petani karet. Namun petani karet tetap berusaha tegar menghadapi ujian di kala penyebaran corona saat ini. “Di tengah kondisi yang menghimpit petani ini, UPPB masih tetap bergerak untuk mengembangkan bokar petani, masih tetap eksis dan konsiten membeli bokar petani,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian dalam keterangan resmi, Jumat (8/5).

Salah satu yang berusaha bertahan Lanjut Kasdi, yaitu UPPB Karya Tani yang ada di Desa Kebun Raya, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.

UPPB ini didirikan pada  29 September 2014, dan sampai dengan saat ini tetap eksis mengembangkan pemasaran bokar petani ke pabrik crumb rubber. UPPB telah ter-registrasi dengan nomor STR-UPPB: 16-05-1114-0001 dan SKT Nomor: 00-11-01/00443/V/2016.

Di tengah kondisi pandemik covid-19 Ketua  UPPB Karya Tani Agus Kharison menyatakan bersama pengurus tetap terus memasarkan bokar milik para petani.  “Meski harga turun, namun bokar harus tetap dibeli oleh UPPB dan dijual ke pabrik crumb rubber agar petani bisa tetap meyadap karetnya”, ujar Agus.

Penyetoran bokar ke pabrik crumb rubber tidak hanya sebatas pabrik di Kalimantan Selatan, namun hingga ke Kalimantan Tengah.  Pekan lalu, Agus mengirimkan bokar sampai ke Kalimantan Tengah, ke pabrik crumb rubber PT Kahayan Berseri. “Kami mengirimkan sendiri dengan tetap mengindahkan himbauan pemerintah untuk covid -19 dengan memakai masker dan juga melakukan social dan fisical distancing,” katanya.

Sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra karet di Indonesia. Jumlah luas areal karet yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019 seluas 191.885  Ha dengan produksi sebanyak 10.467  Ton. Sedangkan jumlah UPPB yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan saat ini sebanyak 133 UPPB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×