kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KNTI: Maksimalkan lahan tambak udang terlantar


Kamis, 13 Agustus 2015 / 12:35 WIB
KNTI: Maksimalkan lahan tambak udang terlantar


Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mendesak pemerintah memaksimalkan potensi lahan tambak udang yang terlantar di berbagai daerah guna meningkatkan daya saing salah satu komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan tersebut.

"Kita tidak boleh cepat puas dan terbuai hanya hanya karena disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan potensi luas lahan tambak terbesar di dunia, mencapai 2,9 juta hektare (ha)," kata Ketua Umum KNTI Muhammad Riza Damanik di Jakarta, Kamis (13/8).

Menurut Riza Damanik, faktanya dariĀ  jumlah itu, baru dimanfaatkan sekitar 650.000 ha. Itu pun sebagian besar dikelola dengan tidak efisien dan bahkan terbengkalai.

Dalam kajian Journal of International Food and Agribusiness Marketing, Ketum KNTI mengingatkan, Indonesia tercatat pada urutan kedua setelah Filipina dalam ranking daya saing produk udang beku di ASEAN. Sedangkan untuk produk komoditas udang segar, lanjutnya, Indonesia berada pada posisi urutan ketiga setelah Filipina dan Thailand.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Bank Indonesia mengembangkan ekonomi kerakyatan di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah, berbasis tambak udang.

"Budi daya udang bisa dilakukan dengan beberapa sistem seperti tradisional, tradisional plus, semi intensif, intensif dan bahkan super intensif sehingga menjadikannya sebagai pilihan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan," katanya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto sebelumnya mengatakan, udang masih menjadi komoditas utama dan primadona untuk dikembangkan di tanah air. Untuk itu, ujar dia, budidaya udang berkelanjutan merupakan keharusan, agar usaha yang dilakukan juga berkelanjutan.

Padat tebar 70-80 ekor per meter persegi cukup memberikan keuntungan bagi pembudidaya. "Sesuai arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, usaha budidaya harus mampu menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung keberlanjutan dan Kota Pekalongan membuktikannya dengan membangun Technopark berbasis perikanan budi daya, yang tentunya sangat mendukung kemandirian dan keberlanjutan tersebut," tuturnya.

Saat ini, menurut Slamet, pasar udang global masih membutuhkan pasokan sekitar 500.000 ton udang dan Indonesia harus mampu berkontribusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×