Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
Josua juga melihat dampak konflik yang terjadi akan relatif terbatas. Namun, apabila konflik dan gangguan berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menyebabkan dampak yang permanen. Pasalnya, konflik tersebut berpotensi untuk meningkatkan biaya logistik di dunia.
“Kalau berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menaikkan biaya logistik secara permanen,” jelas Josua.
Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya mengatakan, ada sejumlah faktor yang dapat mendongkrak kinerja emiten transportasi dan logistik. Antara lain pertumbuhan e-commerce, berlanjutnya pembangunan infrastruktur, serta kenaikan investasi di bidang pergudangan.
Baca Juga: Memilah Saham Transportasi dan Logistik yang Punya Prospek Apik, Cek Rekomendasi Ini
Meski begitu, ada tantangan atau risiko yang menyelimuti sektor ini. Terutama akibat efek geopolitik terkait konflik di kawasan Laut Merah.
"Bagi kapal yang menghindari Laut Merah tentu rute yang dilewati akan lebih jauh dan butuh bahan bakar lebih besar, serta pengiriman akan memakan waktu lebih lama," kata Arinda.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja menyoroti hal yang sama. Untuk menempuh rute alternatif, memang perlu tambahan biaya. Namun di sisi yang lain, akan ada kenaikan tarif angkutan terutama untuk kapal-kapal berjenis kargo.
Dus, emiten yang bergerak pada segmen logistik tersebut bisa mencuil peluang dari situasi ini. Meski, strategi bisnis emiten akan menjadi krusial supaya bisa menumbuhkan margin laba di tengah kenaikan pendapatan dan beban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News