Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
“Tentu itu bukan sesuatu yang baik. Tapi apapun itu, kami tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan,” ungkap dia.
Dengan adanya penurunan konsumsi listrik, mau tidak mau PLN Jakarta Raya mesti lihai melakukan efisiensi. Salah satu beban pengeluaran yang paling realistis ditekan adalah biaya operasional pembangkit listrik.
Meski tidak disebut secara rinci, Doddy menyebut, operasional pembangkit di sistem Jakarta-Banten sudah turun 25% dari normal semenjak wabah Corona menyerang. Meski ada beberapa pembangkit yang diistirahatkan seiring penurunan konsumsi listrik, PLN Jakarta Raya tetap harus cermat menjaga cadangan listrik atau reserve margin yang ada.
Baca Juga: Menjelang lebaran, PLN kerahkan 31.000 personil untuk amankan pasokan listrik
“Secara teknis, kita harus punya cadangan yang cukup. Idealnya cadangan listriknya 100%. Namun, kalau konsumsinya turun mungkin hanya di kisaran 30%-35% saja,” terang Doddy.
Tak hanya itu, dampak wabah Corona juga mengancam rencana bisnis PLN Jakarta Raya. Doddy bilang, ada potensi investasi PLN Jakarta Raya yang terpaksa ditunda senilai hampir Rp 1 triliun pada tahun ini.
Investasi tersebut bermacam-macam bentuknya. Salah satunya adalah pelayanan kepada pelanggan seperti pemasangan sambung listrik baru. “Ada beberapa pelanggan yang meminta sambung listrik baru. Namun, karena ada Corona, maka diundur jadwalnya hingga tahun depan,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News