Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Penurunan harga minyak dunia membawa dampak berantai bagi industri jasa minyak dan gas bumi (migas). Sebab, harga jual minyak yang murah membuat kontraktor migas cenderung melakukan efisiensi dengan mengurangi aktivitas eksplorasi.
Direktur Komersial PT Superintending Company Of Indonesia (Sucofindo) M. Heru Riza mengakui, saat ini, secara tidak langsung penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan migas melakukan efisiensi pada biaya perawatan, inspeksi, dan audit fasilitas produksi migas mereka.
Sementara dari sisi jumlah pekerjaan, jasa penunjang migas memang tak mengalami penurunan karena pemerintah tetap menginginkan produksi migas ditingkatkan dengan melakukan pengembangan baru. Namun, dari segi nilai kontrak alias harga pekerjaan tentu bakal turun.
"Pekerjaan maintenance, inspeksi dan audit atas fasilitas produksi seperti well test, masih tetap perlu dilakukan, hanya saja harga perawatan, inspeksi dan audit akan diefisienkan," ujar Heru kepada KONTAN, Jumat (26/12).
Hanya saja Heru masih bersyukur hingga kini, kekhawatiran adanya efesiensi dari klien Sucofindo belum terasa. Karena perusahaan ini masih menyelesaikan kontrak-kontrak dengan harga yang lama. Namun, tahun depan, ia memprediksi harga kontrak jasa penunjang migas akan mengalami penurunan.
Sucofindo saat ini memiliki bisnis jasa penunjang migas dari hilir hingga hulu. Di industri hulu migas, Sucofindo menawarkan jasa pengeboran, studi seismik, dan well testing. Sementara di bisnis inspeksi teknis, Sucofindo masuk ke bisnis jasa audit dan inspeksi untuk anjungan migas lepas pantai atau offshore platform. Lalu ada juga verifikasi integrasi jalur pipa, tangki timbun dan lain-lain.
Sementera, Division Head of Joint Venture and Strategic Planning PT Elnusa Tbk Sri Nurbito menyebut, kontraktor migas skala besar, seperti Total EP Indonesie meminta menurunkan nilai kontrak sebagai bentuk efisiensi akibat penurunan harga minyak dunia. Namun, ia belum memerinci persentasinya.
Perlu diketahui, kontrak jasa seismik ELSA hingga September 2014 turun 70% atau dari Rp 260 miliar pada periode Januari–September 2013 menjadi Rp 78 miliar. Hal ini karena banyak kontraktor migas menunda eksplorasi termasuk Pertamina yang merupakan induk ELSA.
Ketua Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknis Indonesia Didie B. Tedjosumirat menjelaskan, dampak harga minyak dunia juga akan mempengaruhi bisnis inspeksi teknis untuk fasilitas industri di hulu migas, seperti platform, crane, rig dan alat produksi hulu migas lainnya. "Pengaruh itu paralel dengan penurunan belanja perusahaan migas," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News