Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Terpilihnya pemimpin baru negeri ini masih belum mampu mengembalikan geliat bisnis konstruksi. Tiga bulan jelang tutup tahun 2014, banyak kontraktor belum mencapai target menggaet kontrak baru.
Sebutlah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), meski sudah memangkas target kontrak anyar dari Rp 21,1 triliun menjadi Rp 15,2 triliun, tapi pencapaian kontrak baru perseroan masih jauh dari target. Berdasarkan catatan KONTAN, per akhir Agustus 2014, ADHI baru mengantongi Rp 4,5 triliun atau 29,6% dari target.
Begitu pula PT Acset Indonusa Tbk. Akhir September 2014, emiten berkode ACST ini baru bisa meraih kontrak baru sebesar Rp 481 miliar. Jika menilik target kontrak baru yang dibidiknya Rp 1,5 triliun, pencapaian tersebut baru 32,06% dari target.
Rencananya pada sisa kuartal IV ini Acset akan menambah kontrak di sektor konstruksi. Meski belum mau menyebut kontrak konstruksi yang diincar, perusahaan ini berharap bila proyek tersebut berhasil diraih, target kontrak pun bisa terlampaui. "Kami masih optimistis," kata Any Setyowati, Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa, kepada KONTAN, kemarin (8/10).
Sedangkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) lebih memilih menambah porsi kontrak baru dengan mengandalkan proyek pemerintah.
Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA, bilang, kecenderungan yang terjadi selama ini jelang akhir tahun banyak tender proyek pemerintah. Bahkan walau baru mengantongi 44,84% dari target kontrak baru 2014 sebesar Rp 25,87 triliun, WIKA yakin bisa mempertahankan targetnya.
PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) justru lebih realistis. Jika awalnya perusahaan ini menargetkan mengantongi kontrak baru Rp 24 triliun di tahun ini, kini diperkirakan cuma Rp 22 triliun. Sebab, hingga akhir September 2014, PTPP baru bisa mengantongi kontrak baru Rp 12 triliun, 54,55% dari target.
Taufik Hidayat, Sekretaris Perusahaan PTPP, bilang, kondisi ini terjadi karena pada kenyataan ada beberapa proyek yang dialihkan ke tahun depan. Selain itu, perusahaan plat merah ini mengalami potensi penyusutan pendapatan lantaran ada pemangkasan anggaran pemerintah.
Nilai penyusutan tersebut diperkirakan mencapai Rp 500 miliar. "Kami akan berusaha mengejar dari kontrak BUMN sekitar Rp 3 triliun, kontrak pemerintah Rp 3 triliun, dan kontrak swasta Rp 2 triliun," tandasnya.
Strategi berbeda dijalankan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Pricilia, Hubungan Investor Nusa Raya Cipta, bilang, setelah mendapat kontrak Rp 2,35 triliun dari proyek swasta di sisa akhir tahun ini, pihaknya segera melanjutkan rencana membidik kontrak gedung jangkung dari swasta. Tanpa memerinci, Nusa Raya kini tengah ikut tendernya.
Adapun hasil positif digapai PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL). Perusahaan konstruksi swasta ini sudah berhasil melampaui 6% dari target kontrak baru sebesar Rp 5 triliun tahun ini.
Mahmilan Sugiyo Warsana, Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada, menuturkan, dengan mengandalkan pekerjaan gedung bertingkat dari swasta, per akhir September 2014, kontrak baru berada di angka Rp 5,3 triliun. "Sebesar Rp 2,7 triliun untuk proyek kerjasama operasi dan Rp 2,6 triliun untuk proyek yang dikerjakan sendiri," urainya.
Meski sudah berhasil mencapai target, tapi perseroan tidak berniat untuk meningkatkan target yang sudah ditetapkan. Sebab, di kuartal IV ini pihaknya masih akan fokus mengejar proyek bangunan gedung bertingkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News