Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan kontruksi swasta masih harus bekerja keras berburu proyek-proyek baru di semester kedua ini agar bisa mengejar target yang sudah dipatok tahun 2018. Maklum, capaian kontrak baru mereka selama paruh pertama masih minim.
Pencapaian kontrak baru tertinggi oleh perusahaan kontruksis swasta berada di tangan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS). Perusahaan ini telah merau kontrak baru Rp 2,2 triliun selama semester I lalu atau 54,8% dari Rp 4 triliun target mereka di 2018. Itu juga masih tumbuh dari capaian periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 2 triliun
Kontrak baru itu didapat dari proyek TOD Lebak Bulus, Kelapa Village, Gedung Twin Tower Pemprov Jawa Barat, Antasari height, Rusunawa DIY dan Proyek Rusun Polri.
Dengan capaian yang sudah lebih dari separuh target itu, Totalindo sangat optimis bisa mengantongi Rp 4 triliun kontrak baru sampai penghujung tahn. " Kami masih mengikuti tender sampai akhir tahun sekitar Rp 1,95 triliun di sektor bangunan higrise," kata Novita Frestiani, Sekretaris Perusahaan Totalindo Eka Persada pada Kontan.co.id, Kamis (2/8)
Novita mengatakan, tender-tender proyek yang diikuti oleh Totalindo tidak hanya dari swasta tetapi juga berasal dari proyek pemerintah. Di samping itu, mereka juga mulai mengembangkan bisnis properti.
Selanjutnya, ada PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) yang sudah berhasil mengantongi kontrak baru Rp 1,17 triliun. Capaian itu setara 30,7% dari target perusahaan tahun ini yaitu Rp 3,8 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, performa kontrak baru anak usaha Surya Semesta Indonusa itu tercatat turun 7,9%.
Adapun proyek yang sudah berhasil didapatkan NRCA diantaranya Rumah sakit Budi Medika Lampung, Sika Factory Cikarang , Atria Ballroom Extention Tangerag, ACS Work Kerry Cikarang fase 3, Jembatan Sungai Ali Kendal, Power Blok Indah Kita Karawang, RS Priscilla Medical Center Cilacap, PLTD Halmahera, The Park Mall Sawangan, dan Pusat Pembelajaran arntz-Geise Universitas Parahyangan Bandung.
Meski masih lambat, NRCA masih cukup optimis bisa mencapai target selama paruh kedua ini. "Kami masih optimis dan sektor yang kami bidik tetap highrise building," kat Ruth Veronica, Investor Relatioan NRCA.
Sementara, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) baru berhasil mendapatkan anyar sebesar Rp 876 miliar. Itu baru 21,9% dari target perusahaan tahun ini yaitu Rp 4 triliun. Padahal, di semester I 2017, mereka sudah berhasil membukukan kontrak baru Rp 1,32 triliun.
Melambatnya pencapaian kontrak baru TOTL tersebut disebut lantaran banyak pengembang masih menahan diri untuk segera memulai pembangunan proyek-proyeknya.
"Banyak pengembang menahan diri untuk segera mulai bangun. Disamping itu, kondisi ekonomi makro saat ini belum tepat untuk menunjuk kontraktor" kata Mahmilan Sugiyo, Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada.
Meski begitu, Total Bangun Persada saat ini memiliki kontrak dalam pipeline. Ada 14 proyek yang sedang dibidik perusahaan dengan nilai mencapai sekitar Rp 10 triliun. Sebagian besar proyek itu adalah apartemen. Itu sebabnya, perusahaan masih sangat yakin target mereka akan tercapai sampai akhir tahun.
Sebelumnya, TOTL telah meneken nota kesepahaman kerjasama untuk pembanguan dua proyek dengan dua pengembang yaitu proyek The Smith SOHO Office di Alam Sutera milik PT Triniti Dinamik dan proyek kondominium resort The Haven Lagoi Bay di Pulau Bintan milik pengembang Singapura yaitu PT The Haven Bintan.
Begitu pula dengan PT Acset Indonusa Tbk (ACST), anak usaha United Tractors ini baru berhasil mengantongi Rp 300 miliar kontrak baru. Perolehan itu tentu masih sangat jauh dari target perusahaan yaitu Rp 10 triliun tahun ini.
Sama seperti TOTL, Acset Indonusa juga masih percaya diri bisa mencapai target yang sudah mereka patok. Pasalnya, perusahaan saat tengah menanti pengumuman tender sejumlah proyek yang sudah mereka ikuti sebelumnya.
Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST mengatakan sebagian besar tender proyek yang mereka adalah proyek infrastruktur. Sayang, dia tidak menyebutkan total potensi nilai kontrak di pipeline perusahaan saat ini.
Dalam mengikuti tender-tender itu, ACST banyak melakukan kerjasa sama operasi (KSO) karena sebagian besar tender yang diikuti adalah proyek infrastruktur yang nilai proyeknya cukup besar.
Tender yang diikuti ACST tersebut diantaranya adalah proyek jalan tol Serpong-Balaraja sekitar Rp 900 miliar dan proyek jalan tol Jakarta-Cikampek Selatan nilai kontrak Rp 3,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News