Reporter: Havid Vebri | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Rencana pemegang AirAsia Indonesia mengonversi pinjamannya menjadi saham masih menunggu lampu hijau dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Dengan langkah itu, ekuitas negatif yang ada dalam neraca maskapai penerbangan tersebut bisa berubah menjadi positif. Presiden Direktur Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko mengatakan konversi pinjaman menjadi saham tersebut sejauh ini belum dieksekusi.
"Pemegang saham sudah setuju tapi belum dieksekusi karena menunggu persetujuan BKPM. Jadi (untuk menutup) akumulasi kerugian yang dialami oleh IAA, pendanaan berasal dari pinjaman pemegang saham," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (7/9).
Sunu menyatakan sejauh ini tidak ada masalah dengan keuangan perusahaan. Cashflow untuk membiayai operasional Indonesia AirAsia juga tetap terjaga.
"Sampai saat ini kegiatan operasional berjalan normal dan posisi ekuitas negatif tidak mempengaruhi aktivitas, standar keselamatan dan kegiatan maintenance," ujarnya.
Dari laporan keuangan AirAsia diketahui pada akhir Juni 2015, ekuitas Indonesia AirAsia minus Rp 4,19 triliun jika dibandingkan dengan akhir semester I-2014 yang minus Rp 3,18 triliun.
Di sisi lain, maskapai tersebut juga mendapatkan pinjaman dari pihak terkait sebesar Rp 4,2 triliun. Saat ditanya apakah jumlah itu yang akan dikonversi menjadi saham preferens, Sunu tidak bersedia menjelaskan. "Tentang jumlah (yang dikonversi) saya tidak bisa konfirmasi," katanya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan beberapa waktu lalu mengumumkan beberapa maskapai yang harus menambah modal, karena ekuitas negatif.
Beberapa maskapai yang dimaksud yaitu Indonesia Air Asia, Cardig Air, Transwisata Prima Aviation, Eastindo Services, Survai Udara Penas, Air Pasifik Utama, Johnlin Air Transport, Asialink Cargo Airlines, Ersa Eastern Aviation, Tri-MG Intra Airlines, Nusantara Buana Air, Manunggal Air Service, dan Batik Air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News