Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berpeluang menjadi BUMN kedua setelah Garuda Indonesia yang memperoleh dukungan pendanaan dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI/Danantara). Proses verifikasi saat ini sudah memasuki tahap akhir dan tinggal menunggu finalisasi nilai suntikan dana.
Managing Director Non-Financial Holding Operasional Danantara, Febriany Eddy, menyampaikan bahwa dukungan yang diberikan Danantara melalui PT Danantara Asset Management (DAM) difokuskan pada penyediaan modal kerja. KRAS dinilai tengah menghadapi tekanan likuiditas yang berat, dengan posisi modal kerja negatif hingga Rp25 triliun per 30 September 2025.
“Kalau dilihat Krakatau Steel, kondisi keuangannya hari ini tidak baik. Mereka minta dukungan modal kerja. Jumlahnya masih divalidasi, tetapi prosesnya sudah tahap final,” ujar Febriany dalam Media Briefing di Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: Ini Strategi dan Prospek Kinerja Krakatau Steel (KRAS) Pasca Raih Laba Bersih
Febriany menegaskan bahwa dukungan pendanaan kepada KRAS merupakan bagian dari misi besar Danantara dalam memperkuat kembali basis manufaktur Indonesia. Industri baja dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan berkeahlian tinggi.
“Kita ingin membangun kembali manufacturing base yang kuat. Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan skilled. Itu tujuan akhirnya,” tegas mantan Presdir Vale Indonesia tersebut.
Danantara menilai KRAS memiliki modal strategis untuk kembali menjadi pilar industri baja nasional, terutama karena kawasan industrinya dilengkapi akses tol, jalur kereta, hingga pelabuhan deep sea dengan kapasitas 200.000 DWT.
“Ingredients dari good location itu sudah ada. Kita ingin menghidupkan dan menjayakan kembali Krakatau Steel,” ujar Febriany.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Genjot Kawasan Industri, KSP Tarik Investor Asing
Namun, revitalisasi talenta dinilai menjadi syarat penting. Febriany menggambarkan kondisi beberapa fasilitas KRAS saat ini telah tidak terawat dan jumlah pekerja jauh menurun dari masa kejayaannya.
Krakatau Steel diketahui mengajukan modal kerja US$500 juta atau sekitar Rp8,3 triliun untuk mendukung restrukturisasi utang dan pemulihan operasional.
“Dalam waktu dekat ini sudah tahap final. Jadi kami akan memberikan modal kerja untuk operasi inti bajanya,” jelas Febriany.
Disisi lain, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KRAS, Daniel Fitzgerald Liman dalam rapat dengan di DPR menjelaskan bahwa pengajuan pendanaan telah dilakukan sejak Juni 2025. Perusahaan berharap dana cair sebelum Desember 2025 agar dapat meningkatkan produktivitas pabrik tahun depan.
Di sisi operasional, KRAS mencatat pendapatan usaha US$706,08 juta hingga kuartal III/2025, naik 7,39% YoY. Kontribusi terbesar berasal dari produk baja sebesar US$570,36 juta, diikuti sarana infrastruktur US$171,57 juta, serta rekayasa dan konstruksi US$11,86 juta.
Meski beban pokok penjualan meningkat 10,07% YoY menjadi US$652,97 juta, perseroan mampu membalikkan rugi menjadi laba berkat efisiensi serta keuntungan penyelesaian kewajiban dipercepat yang mencapai US$156,74 juta. Alhasil, KRAS berhasil mencetak laba bersih US$22,17 juta, berbalik dari rugi US$185,22 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya: Purbaya Ungkap Ada Kementerian/Lembaga Kembalikan Anggaran Rp 3,5 Triliun
Menarik Dibaca: Mapple Finance Menempati Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Ambles
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













