Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) sedang mengusulkan permohonan dukungan dana dari Danantara sebesar US$ 500 juta. Hanya sebagai gambaran saja, dana tersebut setara dengan Rp 8,26 triliun, jika dikonversi menggunakan kurs Jisdor Bank Indonesia Rp 16.534 per dolar Amerika Serikat pada Kamis (9/10/2025).
Corporate Secretary Krakatau Steel, Fedaus, mengungkapkan dalam jangka pendek, dukungan dana tersebut akan dipenuhi dalam bentuk Pinjaman Pemegang Saham (PPS) senilai US$ 250 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan operasional utama.
Antara lain pembelian bahan baku berupa slab baja untuk pabrik Hot Strip Mill (HSM), Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil Full Hard (CRC F/H) pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Baja Industri (KBI), HRC pabrik pipa baja PT Krakatau Pipe Industries (KPI), serta produk baja turunan.
"Penggunaan dana tersebut menyesuaikan kebutuhan modal kerja sesuai cash conversion cycle masingmasing fasilitas," ungkap Fedaus dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu (8/10/2025).
Selanjutnya, KRAS akan mengajukan tambahan hingga US$ 500 juta dalam bentuk lainnya untuk penyelesaian penyelamatan restrukturisasi KRAS setelah mendapatkan kesepakatan dengan pihak perbankan.
Fedaus melanjutkan, saat ini pemenuhan bahan baku didukung oleh pendanaan dari pihak ke-3 (financier) dengan rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan fasilitas perbankan serta adanya batasan-batasan yang diberlakukan oleh masingmasing financier.
Baca Juga: Bidik Pasar Baja Eropa, Krakatau Steel Ekspor 54.247 Ton CRC ke Spanyol
Financing cost tersebut langsung menjadi tambahan biaya perolehan bahan baku. Melalui dukungan Danantara, KRAS akan beroperasi secara optimal dan mengurangi beban biaya bahan baku yang sebelumnya menggunakan pembiayaan dari pihak ke-3 (financier).
Berdasarkan hasil analisis, pasca adanya dukungan pembiayaan dari Danantara, KRAS diproyeksikan dapat meningkatkan EBITDA hingga US$ 31,9 juta. "Ini menunjukkan bahwa dukungan PPS akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi seluruh entitas," imbuh Fedaus.
Dengan terjaminnya modal kerja untuk fasilitas HSM, KRAS juga dapat memenuhi utang restrukturisasi Tranche A dengan kas operasional perusahaan melalui operasi bisnis fasilitas HSM.
Fedaus mengatakan, KRAS berfokus untuk memperkuat posisi perusahaan sebagai produsen baja nasional, sekaligus meningkatkan daya saing jangka panjang. Fokus utama dari inisiatif ini adalah memperkuat lini produksi baja, khususnya di unit HSM dan CRM.
Kedua unit ini ditargetkan menjadi pusat bisnis yang efisien, kompetitif, dan profitable. Untuk mencapai hal tersebut, KRAS menjalankan program efisiensi biaya secara menyeluruh, yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar domestik maupun internasional.
"Dengan efisiensi operasional yang konsisten, perusahaan dapat menekan biaya produksi, meningkatkan margin keuntungan, serta menjaga daya saing harga terhadap produk impor," jelas Fedaus.
Baca Juga: Industri Baja Hadapi Sederet Tantangan, Ini Permintaan Krakatau Steel (KRAS)
Selain itu, KRAS juga akan mengoptimalkan potensi pasar baja melalui strategi product mix dengan memanfaatkan unique selling point (USP) Krakatau Steel, yang jarang dapat dipenuhi pemasok domestik lain. "PTKS akan fokus untuk memaksimalkan potensi penjualan di USP, ekspor, dan mass market yang memiliki margin tinggi dan sedang," tandas Fedaus.
Tiga Strategi Penyehatan KRAS
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan mengungkapkan bahwa KRAS mengusung tiga inisiatif dalam program penyehatan. Pertama, membangun bisnis core steel yang berkelanjutan dengan melakukan penguatan pada fasilitas produksi HSM dan CRM, sembari melakukan efisiensi biaya menyeluruh untuk meningkatkan daya saing.
Baca Juga: Pendapatan Tumbuh, Rugi Bersih Krakatau Steel (KRAS) Malah Bertambah
Kedua, melakukan pengembangan bisnis infrastruktur dan hilir (downstream), di antaranya pengembangan kawasan industri dan fasilitas penunjang hingga optimalisasi hilirisasi produk baja. Ketiga, restrukturisasi keuangan, di antaranya dengan dukungan pendanaan modal kerja dari Danantara hingga restrukturisasi utang.
Dalam upaya penyehatan dan memperkuat industri baja domestik, Krakatau Steel Group meminta lima dukungan dari berbagai pihak. Pertama, restrukturisasi utang dan modal kerja. Akbar bilang, dukungan modal kerja diperlukan untuk keberlangsungan operasi.
Kedua, percepatan recovery Krakatau Steel. "Menjadikan Krakatau Steel Group sebagai "one stop services" rantai pasok baja nasional, melalui kolaborasi dengan swasta hingga koperasi," ujar Akbar dalam keterangan tertulis kepada Kontan.co.id, Senin (6/10)..
Ketiga, pengendalian tata niaga impor. Akbar meminta agar impor baja hanya dilakukan jika kebutuhan produk tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produsen di dalam negeri. Keempat, perlindungan pasar baja domestik.
Antara lain melalui percepatan penerapan instrumen proteksi berupa BMAD, safeguard melalui Bea Masuk Imbalan (countervailing duty), hingga Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP). Kelima, hilirisasi dan sinergi industri. Di antaranya melalui dukungan pengembangan hilirisasi baja untuk industri perkapalan, alat militer, transportasi, serta program tiga juta rumah.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Gencar Ekspansi Pasar Ekspor Sembari Percepat Restrukturisasi
Selanjutnya: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Saham Emiten Emas Rawan Koreksi
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut Sehat dan Kuat, Cari Tahu Yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News