kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krakatau Steel dapat restu terbitkan obligasi wajib konversi senilai Rp 3 triliun


Selasa, 24 November 2020 / 19:55 WIB
Krakatau Steel dapat restu terbitkan obligasi wajib konversi senilai Rp 3 triliun


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

Direktur Utama  PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, penggunaan dana hasil penerbitan OWK akan mengungkit angka rata-rata penjualan produk baja perusahaan ke angka normal, sebab persoalan kesulitan arus kas pada konsumen di tengah pandemi Covid-19 diduga menjadi penyebab rendahnya realisasi penjualan. Pemulihan penjualan ke angka normal ini menurutnya akan mulai terasa pada kuartal II 2021.

Asal tahu, saat angka rata-rata penjualan bulanan KRAS berada di bawah angka normal. Silmy mencatat, penjualan produk-produk baja perusahaan seperti cold rolled coils (CRC), wired rod dan long product hanya berkisar 40%-50% dari angka penjualan normal. 

Idealnya, angka penjualan CRC KRAS per bulannya mencapai 50.000 ton, sementara wire rod dan long product masing-masing sekitar 25.000 ton dan 30.000 ton per bulan. Produk hot rolled coil (HRC) perusahaan juga sama, dari angka penjualan normal yang berkisar 170.000 ton per bulan, realisasi penjualan HRC KRAS hanya berkisar 144.000 per bulan.

Penjualan yang normal juga diperkirakan akan berdampak positif terhadap EBITDA perusahaan. “Dengan semakin efisiennya operasional pabrik KS (Krakatau Steel), maka marjin/EBITDA akan semakin baik ketika penjualannya normal,” kata Silmy kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Dihubungi terpisah, Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatakan, opsi penerbitan OWK sebagai tambahan modal kerja untuk merelaksasi pembayaran konsumen cukup efektif untuk menggerakkan ekonomi. Meski begitu, ia juga menilai bahwa cara-cara tersebut tidak akan serta-merta mengungkit kinerja KRAS.

Menurut Teguh, realisasi penjualan KRAS yang masih di bawah ekspektasi tidak semata-mata didorong oleh kesulitan arus kas pada konsumen, namun juga didorong oleh gempuran produk baja impor dari China. Dalam persaingan pasar tersebut, kata Teguh, produk-produk baja impor dari China cenderung lebih diminati lantaran memiliki harga yang lebih rendah serta kualitas yang bersaing.

Tidak tanggung-tanggung, Teguh mencatat bahwa selisih harga antara produk baja KRAS dengan baja impor pada jenis produk baja tertentu bisa mencapai 50%. “Yang beli baja dari Krakatau Steel saat ini memang sudah jarang karena lebih mahal daripada baja impor dari China,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Selanjutnya: KRAS akan terbitkan obligasi wajib konversi (OWK) Rp 3 triliun, ini tujuannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×