Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk optimis tahun ini dapat mencetak laba bersih. Adapun laba bersih perseroan ditargetkan mencapai US$ 6,3 juta.
Silmy Karim, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menyebutkan pihaknya tahun ini menargetkan kembali pertumbuhan kinerja. "Target penjualan antara US$ 2,5 miliar - US$ 2,9 miliar. Target bottom line US$ 5 juta sampai US$ 6,3 juta," ungkapnya kedapa kontan.co.id, Senin (1/4).
Sekadar mengingatkan, hingga akhir tahun lalu pihaknya masih menanggung rugi bersih sebesar US$ 74,82 juta. Walaupun begitu, rugi bersih tersebut alami perbaikan 8,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 81,74 juta.
Ia pun optimis target tersebut tercapai terlebih dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK.010/2019 terkait perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping 7 negara yakni RRT, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand.
Silmy juga menyampaikan bahwa melihat data importasi yang ada, negara yang mendominasi atas membanjirnya importasi produk baja ke Indonesia adalah RRT baik baja karbon maupun baja paduan, dari produk hulu hingga hilir.
"Dengan masih terbuktinya praktek dumping yang dilakukan oleh RRT dan negara lainnya dan dikenakannya BMAD tentunya akan membuat tingkat persaingan menjadi lebih sehat," paparnya.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan rencana kerja sepanjang tahun ini yang meliputi transformasi bisnis melalui inisiatif-inisiatif operational excellence seperti peningkatan efisiensi operasional aset produksi, peningkatan volume penjualan, optimalisasi persediaan.
Selain itu juga dengan penyelesaian proyek strategis seperti hot strip mill #2 yang akan meningkatkan kapasitas penjualan finished goods, maupun optimalisasi aset-aset non-operasional untuk memberikan manfaat lebih bagi perseroan.
Untuk memuluskan rencana kerja seoanjang tahun ini, emiten dengan kode saham KRAS di Bursa Efek Indonesia menyiapkan anggaran belanja modal sebesar US$ 300 juta. Adapun dana tersebut disebutnya akan berasal dari ekuitas dan pinjaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News