kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kue Bisnis Logistik Makin Besar, Partisipasi Disabilitas Masih Sangat Terbatas


Selasa, 30 Juli 2024 / 16:58 WIB
Kue Bisnis Logistik Makin Besar, Partisipasi Disabilitas Masih Sangat Terbatas
Learning Development Staff JNE Surabaya, M. Mizan Zulmi bersama dua karyawan penyandang disabilitas.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

Sektor Logistik Minim Partisipasi Disabilitas

Saat ini bisnis jasa logistik semakin sengit di tengah popularitas belanja online lewat e-commerce. Ditambah pemerintah kini mengizinkan perusahaan platform dagang elektronik menjalankan jasa usaha kurir dan logistik.

Alhasil  perusahaan-perusahaan baru banyak bermunculan dan dengan rakus memakan kue bisnis yang tersedia.

Mengutip data Supply Chain Indonesia, memperkirakan potensi bisnis jasa logistik di Tanah Air pada 2024 dapat mencapai Rp 4.000 triliun.

Dalam catatan KONTAN, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto menyatakan, persaingan bisnis makin ketat karena didominasi perusahaan asing.

Beberapa perusahaan besar yang sebagian besar dimiliki entitas asing kini menguasai kurang lebih 70% pangsa pasa dan sisanya 30% perusahaan domestik.

Platform e-commerce besar yang mayoritas asing, sukses merebut pangsa pasar karena penentuan mitra logistik tidak lagi tergantung pada preferensi pengguna jasa (pembeli online),” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/7/2024).  

Baca Juga: JNE Perkuat Ekosistem Digital E-commerce Shopee

Namun ironinya, di tengah makin besarnya bisnis jasa logistik, lapangan pekerjaan bagi kelompok rentan justru tidak terbuka lebar. Partisipasi disabilitas pada sektor ini masih sangat minim.

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan mengungkapkan, sampai saat ini penyandang disabilitas yang bekerja di sektor logistik masih sangat terbatas, baik sebagai kurir maupun divisi lain.

“Sebab dalam layanan jasa logistik dibutuhkan kecepatan, keamanan, ketepatan penyerahan barang, sehingga hanya penyandang disabilitas tertentu yang dapat diterima di Perusahaan-perusahaan logistik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7/2024).  

Untuk saat ini ALFI belum mendata berapa jumlah kurir difabel yang bekerja di perusahaan logistik, menurut perkiraannya, jauh dari angka satu persen atau sekitar 0,001% dari sekitar 300.000 pekerja di sektor logistik.

Padahal, bisnis jasa logistik akan memasuki tahun-tahun perkembangan yang lebih canggih karena adanya transformasi rantai pasok global.

Country Head Frost & Sullivan Koh Eng Lok dan Direktur Jeff Tan menjelaskan, volume pasar logistik didorong oleh biaya rantai pasokan dan logistik sebesar 14,29% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Fokus Indonesia pada pengurangan biaya dan kemajuan ekonomi digital telah berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan sektor logistik, sehingga memungkinkan lebih banyak bisnis yang akan terlibat di sektor ini.

Baca Juga: JNE Raih Penghargaan The Iconomics Indonesia Best 50 CSR Awards 2024 Courier Service

Bahkan ke depannya, sektor logistik bisa mengalami pertumbuhan yang lebih eksponensial lantaran potensi investasinya masih sangat besar. Karenanya, pelaku usaha mendorong kontribusi investasi asing.

Salah satu yang sudah mengeksekusi ekspansinya di Indonesia ialah DHL, salah satu perusahaan logistik global. Mereka memperluas investasinya dengan tambahan 7% tenaga kerja pada 2021 dan pertumbuhan 13,5% pada 2022.

Perusahaan ini berencana mengalokasikan 25 juta Euro untuk penggantian armada dan pembangunan empat fasilitas baru termasuk gateway di Surabaya dan Denpasar serta pusat layanan di Bekasi dan Tangerang.

Selain itu, DHL Supply Chain juga dikabarkan akan berinvestasi 25 juta Euro untuk fasilitas baru seluas 40.000 meter persegi di Cikarang yang berfokus pada keberlanjutan.

Sayangnya, di balik kecanggihan dan potensi pasar yang besar itu, pengusaha belum secara khusus membuat program untuk meningkatkan partisipasi masyarakat  disabilitas.

Namun Akbar menegaskan, bukan berarti penyandang disabilitas tidak dapat bekerja di perusahaan logistik. Dia menyatakan, disabilitas tetap bisa bekerja di perusahaan logistik sepanjang mereka memiliki sertifikat kompetensi profesi di bidang logistik.

Baca Juga: Tren Metode Pembayaran COD Ongkir Meningkat

Akbar menyatakan, siapa saja termasuk penyandang disabilitas, sepanjang mereka memiliki sertifikat kompetensi profesi di bidang logistik yang diterbitkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) mereka akan dapat bekerja di perusahaan logistik.

“Sebab saat ini perusahaan logistik pada umumnya mulai mewajibkan pekerjanya memiliki sertifikat kompetensi profesi di bidang pengemudi, freight forwarding, operator gudang, supervisor gudang, manajemen supply chain, dan lainnya,” jelasnya.

Demi mendukung penyandang disabilitas, perusahaan logistik nasional siap mempekerjakan mereka untuk bagian-bagian yang mampu dikerjakannya, seperti bidang administrasi, back office, checker, packaging, dan lainnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×