kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter


Senin, 20 Mei 2024 / 04:50 WIB
Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter
ILUSTRASI. Karyawan menyiapkan nikel kering yang akan dikemas sebelum diekspor di pabrik pengolahan milik PT VALE Indonesia di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023). Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konglomerat Indonesia semakin banyak merambah bisnis fasilitas pengelolaan dan pemurnian (smelter). Mereka masuk ke bisnis ini untuk mengimbangi dominasi investor asal China, yang menjadi pemain utama dalam industri hilirisasi di Indonesia.

Menurut data Program Riset Sustainable Development The PRAKASA, dari 248 tungku smelter nikel di Indonesia, 137 tungku terafiliasi dengan investor China. Mayoritas investasi ini, mencapai 99%, terkonsentrasi di Sulawesi, Halmahera, dan Maluku Utara.

Untuk mengatasi dominasi ini, konglomerat lokal mulai mengembangkan smelter. Jusuf Kalla (JK) mengumumkan bahwa proyek smelter PT Bumi Mineral Sulawesi Selatan (BMS) sudah bisa beroperasi, dengan target produksi pabrik pertama mencapai 33.000 hingga 36.000 ton per tahun.

Baca Juga: Penuhi Modal Inti, BPD Ramai-Ramai Masuk KUB

Pembangunan pabrik kedua untuk nikel sulfat sebagai bahan baku baterai mobil listrik sudah mencapai 40% dan diharapkan mulai beroperasi normal akhir 2024.

Selain itu, PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) sedang membangun smelter tembaga. Hingga Maret 2024, kemajuan pembangunan mencapai 88,1%, melebihi target 85,2%.

Smelter ini dijadwalkan selesai konstruksi fisik pada Mei 2024 dan mulai produksi katoda tembaga pertama pada paruh kedua 2024, dengan operasi penuh pada kuartal I-2025.

PT Trimegah Bangun Persada (NCKL) atau Harita Nickel juga sedang membangun smelter HPAL kedua dengan kapasitas 65 ribu ton per tahun, yang diperkirakan beroperasi pertengahan 2024.

Baca Juga: Ramai-Ramai Masuk Energi Hijau

Sementara itu, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menargetkan produksi smelter aluminium pada tahun depan dengan kapasitas tahap I sebesar 500.000 ton ingot, yang diharapkan beroperasi penuh pada kuartal IV 2025 atau kuartal I 2026.

PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk (SMGA) berencana membangun smelter pada 2026 dengan teknologi terbaru yang mampu meningkatkan kadar nikel hingga 60%, menghasilkan nikel matte.




TERBARU
Kontan Academy
Mudah Menagih Hutang Penyusunan Perjanjian & Pengikatan Jaminan Kredit serta Implikasi Positifnya terhadap Penanganan Kredit / Piutang Macet

[X]
×