kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.234.000   12.000   0,54%
  • USD/IDR 16.705   3,00   0,02%
  • IDX 8.096   -26,93   -0,33%
  • KOMPAS100 1.119   -3,73   -0,33%
  • LQ45 797   -5,76   -0,72%
  • ISSI 282   -0,06   -0,02%
  • IDX30 419   -2,57   -0,61%
  • IDXHIDIV20 476   -3,06   -0,64%
  • IDX80 123   -0,56   -0,45%
  • IDXV30 133   -1,08   -0,81%
  • IDXQ30 132   -0,65   -0,49%

Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter


Senin, 20 Mei 2024 / 04:50 WIB
Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter
ILUSTRASI. Karyawan menyiapkan nikel kering yang akan dikemas sebelum diekspor di pabrik pengolahan milik PT VALE Indonesia di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023). Kurangi Dominasi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

PT United Tractors Tbk (UNTR), bagian dari Grup Astra, telah mengakuisisi Nickel Industries Limited dan berencana membangun fasilitas HPAL di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi.

Pakar ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyatakan bahwa masuknya konglomerat lokal ke bisnis smelter dapat mematahkan dominasi China dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia.

Dengan semakin banyaknya konglomerat lokal yang membangun smelter, diharapkan dapat memaksimalkan hilirisasi dari hulu ke hilir, memberikan kontribusi besar bagi ekonomi nasional.

Baca Juga: Kasus Ledakan Smelter Terus Terjadi, Ini Masukan dari Pengamat Energi

Sekjen Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) Haykal Hubeis menyebutkan bahwa konglomerat tertarik ke bisnis smelter karena lahan tambang di Indonesia semakin habis, sehingga hilirisasi menjadi pilihan terbaik.

Selain itu, mereka memiliki akses ke lahan tambang potensial dan berani membangun smelter melalui aliansi dengan investor berpengalaman.

Bisnis smelter menjanjikan nilai tambah tinggi dan margin keuntungan besar dibandingkan ekspor bahan mentah. Namun, mereka perlu mencermati risiko seperti fluktuasi harga komoditas dan dampak lingkungan. Dukungan kebijakan pemerintah, seperti insentif pajak dan infrastruktur, juga sangat diharapkan untuk mendukung industri ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×