Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Asal tahu saja, segmen periklanan terutama datang dari iklan luar ruang yang disumbang oleh anak usaha yang diakuisisi JAST, yakni Karta.id. Sementara di segmen bisnis lainnya JAST mengandalkan jasa call center dan layanan smart city.
Lebih lanjut, Yentoro mengatakan bahwa selain imbas dari tahun politik, penurunan pendapatan dan laba terjadi karena JAST masih melakukan pengembangan terhadap sejumlah produk jasa telekomunikasi lainnya. Sehingga, belum bisa dikomersialisasikan secara optimal pada tahun lalu.
"Jadi secara korporat pendapatan kita stagnan, dan dari anak usaha terjadi penurunan order. Sehingga (pendapatan dan laba) turun di 2019," jelasnya.
Baca Juga: Kembangkan smart city, JAST garap fitur aplikasi layanan darurat 112
Kendati begitu, setelah menggelar Initial Public Offering (IPO) dan mengakuisisi Karta.id, jumlah aset Jasnita Telekomindo pun melonjak 71,26% dari Rp 86,91 miliar pada 2018 menjadi Rp 148,85 miliar di 2019.
Kenaikan itu juga diiringi dengan jumlah ekuitas yang melonjak jadi Rp 89,76 miliar atau naik 137,27% dibanding 2018 yang sebesar Rp 37,83 miliar. Adapun, jumlah liabilitas JAST juga naik dari Rp 49,08 miliar pada 2018 menjadi Rp 59,09 miliar atau tumbuh 20,39%.
Sedangkan untuk tahun ini, Yentoro mengakui bahwa adanya pandemi Corona telah memberikan tekanan terhadap kinerja dan rencana JAST di 2020.
Yentoro bilang, pihaknya pun bahkan memiliki skenario pertumbuhan pendapatan dan laba yang stagnan hingga akhir 2020 nanti.