kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih Jasnita Telekomindo (JAST) merosot hingga 28,59% di 2019


Rabu, 06 Mei 2020 / 22:55 WIB
Laba bersih Jasnita Telekomindo (JAST) merosot hingga 28,59% di 2019
ILUSTRASI. Kembangkan Smart City, JAST Garap Fitur Aplikasi Layanan Darurat 112


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar pada tahun 2019 lalu memberi imbas yang tak menggembirakan bagi PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST).

Tahun politik justru membuat pendapatan dan laba milik emiten yang bergerak di industri jasa telekomunikasi dan periklanan ini mengalami penurunan.

Direktur Utama Jasnita Telekomindo Yentoro menerangkan, tahun politik pada 2019 lalu membuat sejumlah klien JAST menahan diri untuk menggelontorkan anggaran periklanan. Akibatnya, pesanan jasa iklan yang masuk ke Jasnita Group ikut merosot.

Baca Juga: Turun tanpa henti sejak 11 Maret, saham Jasnita Telekomindo (JAST) kena suspensi

Yentoro membeberkan, pada tahun lalu total pendapatan JAST tercatat di angka Rp 103,15 miliar. Nilai itu turun 7,7% dibanding pendapatan yang bisa diraih pada tahun 2018 yang sebesar Rp 111,76 miliar.

Sejalan dengan itu, laba bersih tahun berjalan yang diraih JAST turun menjadi Rp 3,92 miliar. Angka itu turun 28,59% dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 5,49 miliar.

"Walau menurun, laba bersih tetap dapat dipertahankan. Di tahun pemilu lalu, klien menahan diri untuk budget iklan, tapi kami berusaha membuat operasional efisien sehingga menjaga laba tetap surplus," jelas Yentoro dalam public expose insidentil yang digelar secara virtual pada Rabu (6/5).

Asal tahu saja, segmen periklanan terutama datang dari iklan luar ruang yang disumbang oleh anak usaha yang diakuisisi JAST, yakni Karta.id. Sementara di segmen bisnis lainnya JAST mengandalkan jasa call center dan layanan smart city.

Lebih lanjut, Yentoro mengatakan bahwa selain imbas dari tahun politik, penurunan pendapatan dan laba terjadi karena JAST masih melakukan pengembangan terhadap sejumlah produk jasa telekomunikasi lainnya. Sehingga, belum bisa dikomersialisasikan secara optimal pada tahun lalu.

"Jadi secara korporat pendapatan kita stagnan, dan dari anak usaha terjadi penurunan order. Sehingga (pendapatan dan laba) turun di 2019," jelasnya.

Baca Juga: Kembangkan smart city, JAST garap fitur aplikasi layanan darurat 112

Kendati begitu, setelah menggelar Initial Public Offering (IPO) dan mengakuisisi Karta.id, jumlah aset Jasnita Telekomindo pun melonjak 71,26% dari Rp 86,91 miliar pada 2018 menjadi Rp 148,85 miliar di 2019.

Kenaikan itu juga diiringi dengan jumlah ekuitas yang melonjak jadi Rp 89,76 miliar atau naik 137,27% dibanding 2018 yang sebesar Rp 37,83 miliar. Adapun, jumlah liabilitas JAST juga naik dari Rp 49,08 miliar pada 2018 menjadi Rp 59,09 miliar atau tumbuh 20,39%.

Sedangkan untuk tahun ini, Yentoro mengakui bahwa adanya pandemi Corona telah memberikan tekanan terhadap kinerja dan rencana JAST di 2020.

Yentoro bilang, pihaknya pun bahkan memiliki skenario pertumbuhan pendapatan dan laba yang stagnan hingga akhir 2020 nanti.

Namun dengan sejumlah produk baru yang ditawarkan, Yentoro pun optimistis JAST masih bisa mengejar pertumbuhan pendapatan dan laba di tahun ini.

Ia memproyeksikan, JAST bisa meraih pendapatan sekitar Rp 132 miliar di tahun ini. "Net income yang kita harapkan untuk 2020 kalau bisa sekitar Rp 10 miliar," sebutnya.

Adapun, pada tahun ini JAST tengah memperkuat layanan smart city, peningkatan fitur call center 112, serta sejumlah produk aplikasi seperti Omni Channel, Robocall, Robot Process Automation, JasMeet, JasPresence, dan Vehicle Monitoring System (JasTrack).

Baca Juga: Jasnita (JAST) bakal perluas medium untuk iklan luar ruang

Dengan begitu, Yentoro berharap produk dan layanan yang tengah dikembangkan JAST bisa menghasilkan nilai tambah yang lebih optimal. Pasalnya, hingga saat ini sebagian pendapatan JAST masih disumbang oleh segmen layanan dasar berbasis voice dan internet.

Dalam catatan Kontan.co.id, kontributor utama pendapatan JAST saat ini berasal dari call center dan media luar ruang yang berkontribusi masing-masing sekitar 40%. Sisanya berasal dari layanan aplikasi dan smart city.

"Hingga hari ini lebih dari 50% pendapatan kita dari basic produk seperti voice dan internet. Kita switch ke produk baru yang sudah di-development, sehingga nilai tambahnya jauh lebih besar," tandas Yentoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×