Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Sinar Sosro mencatatkan kinerja memukau selama 2008. Selama setahun lalu, produsen Teh Botol dan Teh Kotak itu mampu meraup laba bersih hingga Rp 1,8 triliun. Dari laba itu, Rp 9 miliar yang berasal dari keuntungan ekspor.
Hal itu disampaikan Presiden Direktur PT Sinar Sosro Joseph Sosrodjojo dalam sambutannya di acara kunjungan Presiden SBY untuk produksi ke 2,5 miliar Teh Botol dan 55 juta Teh Kotak di pabrik Sosro, Cibitung, Kamis (5/2).
"Pada tahun 2008 lalu keuntungan kami senilai hampir Rp 2 triliun atau tepatnya Rp 1,8 triliun. Untuk ekspor, meskipun kecil, tapi ada pertumbuhan. Jumlahnya kurang lebih Rp 9 miliar, tapi akan terus kita tingkatkan," katanya.
Beberapa negara tujuan ekspor Sosro adalah Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Australia dan AS. Dan rencananya, ke depan Sosro akan mulai mengekspor ke Timur Tengah.
Yoseph menambahkan, produk-produk Sosro saat ini masih menjadi pemimpin di pasaran. Produk Sosro seperti Teh Botol dan Teh Kotak mampu bersaing dengan produk asing seperti Coca-Cola. "Saat ini kami mampu bersaing dengan produk asing seperti Coca Cola, bahkan kita berada di atasnya," katanya.
Sekadar informasi, pabrik PT Sinar Sosro berdiri pertama kali pada 1974 di Cakung. Bisnisnya terus menggurita hingga kini memiliki 11 kantor cabang dan 146 kantor di kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Kapasitas pabrik Sosro saat ini lebih dari 1 triliun liter dengan jumlah karyawan hingga 8.480 orang. Jumlah ini belum termasuk efek domino lapangan pekerjaan yang bisa tersedia dari produk-produk Sosro.
"Sebenarnya yang terkait dengan perusahaan kami lebih dari 1 juta orang. Dari perkebunan, misalkan kebun teh 7.500 karyawan, dan sekitar 1,5 juta pedagang bergantung pada kita. Kalau Anda minum teh botol, Anda bisa membayangkan, berapa orang yang terlibat dari pembuatannya," katanya.
Di saat krisis seperti ini, Sosro mengaku melakukan penghematan di segala bidang demi mencegah terjadinya PHK. "Saat ini kita menghadapi krisis, kita melakukan penghematan untuk menghindari PHK. Kami mengikat pinggang kencang dan sampai sekarang belum ada PHK," ujarnya.
Ketua Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) Suroso Natakusumah mengakui Sosro saat ini adalah produsen yang mendominasi pasar domestik minuman ringan bila dibandingkan produsen minuman sejenis. Ini terjadi karena konsumsi minuman ringan di dalam negeri yang nilainya mencapai puluhan triliun. "Pasar mereka sudah masuk ke pelosok, jadi mereka juga sulit tersaingi," kata Suroso.
Di pasar domestik, untuk sektor usaha minuman ringan, minuman beraroma teh berada di posisi kedua setelah minuman air putih kemasan. Sementara di posisi ketiga adalah minuman berkarbonasi. Dengan posisi ini, terlihat Sosro memiliki pasar lebih unggul daripada minuman berkarbonasi semisal Coca Cola atau yang lain.
Tingginya posisi Sosro ini ditopang dengan sikap konsumsi masyarakat yang bersifat fanatik. Tak heran, besarnya pasar minuman teh ikut menarik investor baru masuk ke ceruk usaha yang selama ini didominasi Sosro. Meski begitu, hingga kini pasar minuman teh tetap dipegang Sosro. "Produsen teh baru sepertinya sulit menyaingi Sosro," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News