kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.301   18,00   0,11%
  • IDX 7.179   38,49   0,54%
  • KOMPAS100 1.029   3,18   0,31%
  • LQ45 782   2,57   0,33%
  • ISSI 236   1,86   0,80%
  • IDX30 404   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 465   2,68   0,58%
  • IDX80 116   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   1,28   1,09%
  • IDXQ30 129   0,42   0,33%

Lahan Kebun Kelapa Membusuk dan Tak Diolah


Kamis, 17 Juni 2010 / 08:16 WIB


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Ewo Raswa |

JAKARTA. Malang nian nasib para petani kelapa. Gara-gara tidak ada yang membeli, mereka terpaksa menelantarkan lahan yang sudah ditanami kelapa belasan tahun. Padahal, data Kementerian Pertanian memperlihatkan, meski sedikit, jumlah lahan kebun kelapa milik rakyat terus bertambah. Begitu pula dengan produksinya.

Tapi, gara-gara tidak ada yang membeli, para petani memilih membiarkan kelapa mereka. Apalagi, kelapa mereka hanya dihargai Rp 700- Rp 1.000 per butir. "Banyak kelapa yang tidak terserap pasar," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Hilman Manan kepada KONTAN, Rabu (16/6).

Sebut saja di wilayah Kepulauan Halmahera, ratusan ribu butir kelapa milik rakyat dibiarkan busuk dan tidak diolah. Padahal, kualitas kelapa mereka tidak kalah dengan kelapa Filipina.

Adalah minimnya pabrik pengolahan yang membuat produk kelapa Indonesia tak mampu bersaing dengan petani negara lain. Alhasil, hanya sekitar 30% dari total produksi kelapa yang dijual. Sedang 70% sisanya masih dipakai buat keperluan sendiri.

Selama ini, mayoritas kelapa di Indoensia diolah menjadi kopra untuk diambil minyaknya. Padahal, rendemen kelapa untuk menjadi minyak jauh lebih kecil ketimbang kelapa sawit. Sebagai gambaran: satu hektare kelapa sawit bisa menghasilkan empat ton minyak. Sedangkan kopra cuma mampu memproduksi 600-650 kilogram per hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×