Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Larangan impor jagung yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia tidak membuat penjualan pakan ternak PT Cargill Indonesia merosot.
"Tidak ada pengaruh pelarangan impor jagung dengan produksi pakan ternak," ujar Corporate Affairs PT Cargill Indonesia, Arief Susanto kepada Kontan.co.id, Kamis (7/12).
Arief bilang Cargill terus berusaha mengikuti kebijakan pemerintah. Oleh karena itu Cargill menggunakan jagung lokal sebagai bahan baku pakan ternak yang diproduksi.
Berdasarkan data sebelumnya kebutuhan pasokan pabrik pakan ternak Cargill membutuhkan rata-rata 150.000 ton hingga 200.000 ton jagung per tahun. Sebelumnya kebutuhan jagung tersebut dipenuhi dari sekitar 70% dari dalam negeri dan 30% sisanya impor.
Namun, pasca pemerintah menutup peluang impor jagung, Cargill terpaksa bekerja keras menjalin kemitraan dengan petani jagung lokal agar kebutuhannya terpenuhi.
Tidak berdampaknya larangan impor jagung tersebut terlihat dari perbandingan produksi tahun ini. Arief bilang produksi pakan ternak Cargill tidak mengalami perubahan yang signifikan. "Tidak ada perubahan yang signifikan dibandingkan tahun lalu," terang Arief.
Sementara Arief berpendapat pasar pakan ternak di Indonesia masih besar. Hal tersebut disebabkan tingginya pertumbuhan protein di Indonesia. Mendorong hal itu, pakan ternak menjadi salah satu pendorong produksi protein.
Namun, tahun 2018 mendatang, Arief menerangkan Cargill akan berusaha meningkatkan penjualan. Meski begitu Arief bilang tidak ada strategi khusus yang disiapkan dalam meningkatkan penjualan tahun depan.
Hal itu disampaikan Arief karena tidak adanya perubahan pada kapasitas produksi pakan ternak Cargill. Cargill memproduksi lebih dari 100 macam produk pakan yang bermutu tinggi.
Saat ini Cargill memiliki enam pabrik pakan yang beroperasi. Pabrik itu terdapat di Deli Serdang, Balaraja, Gunung Putri, Semarang, Pasuruan, dan Makassar.
Walapun begitu, nada optimistis peningkatan penjualan masih diungkapkan oleh Arief. Hal itu melihat produksi pakan yang terus terserap.
Meski penggunaan jagung impor telah tidak dilakukan, impor gandum justru meningkat. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Dirjen Daglu), Kementerian Perdagangan (Kemdag), Oke Nurwan.
"Impor gandum untuk kebutuhan pakan ternak naik lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujar Oke, Kamis (7/12).
Hal itulah yang disebutkan Oke menjadi dasar pembuatan aturan pembatasan impor gandum untuk pakan ternak. Saat ini Oke bilang tidak ada pengaturan impor gandum sehingga pengusaha pakan ternak bisa langsung melakukan impor gandum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News