Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Lelang gula rafinasi yang rencananya mulai dilaksanakan 1 Oktober 2017 ditunda hingga awal tahun 2018. Namun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan, penundaan tersebut bukan pembatalan.
"Agar tercapai harapan, pelaksanaannya kita mundurkan, dengan Kementerian Koordinator Perekonomian pun sudah sepakat," ujar Enggar, Rabu (27/9).
Tujuan pelaksanaan sistem lelang ini adalah pemberian akses ke industri kecil dan menengah (IKM). Enggar bilang, selama ini banyak IKM yang tidak mendapatkan akses gula rafinasi. Mereka biasanya mendapat gula dari industri besar atau menggunakan Gula Kristal Putih (GKP) yang harganya lebih mahal.
Menurut Enggar, tidak ada tambahan biaya bagi pembeli gula rafinasi dalam lelang. "Tambahan ongkos kirim? Sebelumnya mereka juga mengirim kan jadi sama saja," jelas Enggar.
Sebelumnya gula rafinasi hanya dihasilkan dari 11 pabrik. Lokasi pabrik tersebut menumpuk di Pulau Jawa. Sebanyak enam pabrik terdapat di Banten, satu di Bekasi, satu di Medan, satu di Lampung, satu di Cilacap, dan satu di Makassar. Dari lokasi tersebut nantinya akan mengirim gula rafinasi ke industri dan IKM.
Enggar bilang, pabrik gula rafinasi akan melayani pembeli yang paling dekat. Hal itu tidak menjadi masalah, karena sebelumnya industri juga mengirim dari pabrik yang sama.
Lelang gula juga untuk mencapai transparansi penggunaan gula rafinasi oleh industri. Selama ini industri dinilai tidak transparan melaporkan penggunaan gula untuk kebutuhan produksi. Bisa saja Kementerian Perdagangan (Kemdag) memeriksa paksa penggunaan gula rafinasi oleh industri besar, tapi hal tersebut diakui bukan merupakan cara yang baik.
Kata Enggar, dengan adanya sistem lelang ini akan terlihat jumlah penggunaan gula rafinasi dan kemana gula rafinasi itu bergerak. "Nanti di karungnya saja ada barcode sehingga terbuka industri beli darimana dan berapa," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News