Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang nikel, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mengatakan telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sepanjang paruh pertama tahun ini sebesar US$ 224,5 juta atau setara dengan Rp 3,635 trilun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 16.190).
Penyerapan capex ini sebesar 40% dari total capex yang dialokasikan sepanjang tahun ini yang mencapai US$ 540 juta atau setara dengan Rp 8,74 triliun.
Head of Corporate Finance and Investor Relations PT Vale Indonesia Tbk, Andaru Brahmono Adi mengatakan bahwa dana tersebut sebagian besar digunakan untuk investasi dan pemeliharaan operasi proyek perseroan.
"Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan investasi proyek dan pemeliharaan operasi. Termasuk persiapan pengembangan Blok Bahodopi, pengadaan material, perawatan fasilitas, dan inisiatif efisiensi energi," ungkap Andaru kepada Kontan, Rabu (13/08/2025).
Revisi RKAB Blok Bahodopi Disetujui, INCO Bidik Peningkatan Laba
Adapun, area penambangan dan pengolahan nikel milik iNCO di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Indonesia atau Blok Bahodopi ini telah memperoleh persetujuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Berpeluang Efisiensi Capex untuk Proyek Smelter HPAL
"Ini yang memungkinkan pengapalan sekitar 2,2 juta ton bijih nikel saprolit dari blok tersebut," tambah Andaru.
Ia juga menjelaskan, bahwa pengapalan perdana dari Blok ini telah dimulai, dan penjualan saprolit akan menjadi kontributor tambahan bagi pendapatan Perseroan di tahun 2025.
Asal tahu saja, revisi RKAB Blok Bahodopi telah diajukan oleh INCO pada akhir April 2025 lalu. Revisi ini membuat Vale berhasil mengamankan 2,2 juta bijih nikel kadar tinggi yang akan diproduksinya sepanjang tahun ini.
"Dengan disetujuinya revisi RKAB untuk Blok Bahodopi, Perseroan kini dapat melakukan penjualan bijih saprolit dimana hal ini akan menjadi sumber pendapatan tambahan pada semester II 2025," ungkapnya.
Meski begitu, Andaru bilang untuk peningkatan laba di tahun ini, perseroan akan bergantung pada banyak hal diantaranya harga nikel dan biaya-biaya logistik terkait.
Baca Juga: Simak Strategi Bos Baru Vale Indonesia (INCO) untuk Genjot Kinerja
Blok Bahodopi kata dia juga menjadi salah satu strategi perseroan untuk menopang kenaikan pendapatan dan laba di sisa tahun ini.
Sebelumnya, Vale Indonesia tercatat telah membukukan laba bersih senilai US$ 25,2 juta hingga semester I-2025. Angka ini turun 32,43 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang berada di kisaran US$ 37,3 juta.
Dari sisi pendapatan, Vale juga mencatatkan penyusutan dari US$ 478,7 juta pada semester I tahun lalu menjadi US$ 426,7 juta pada periode yang sama tahun ini.
Terkait penurunan laba bersih, Andaru menyebut penyebabnya adalah adanya penurunan harga nikel dan juga keputusan strategis perseroan.
"Selain faktor harga, penurunan ini juga dipengaruhi oleh keputusan strategis untuk mempercepat jadwal pemeliharaan pada paruh pertama tahun ini," ungkapnya.
"Namun, memasuki semester II-2025, Perseroan menargetkan pertumbuhan kinerja melalui sejumlah langkah strategis, antara lain optimalisasi biaya operasional dan pengadaan, perluasan efisiensi energi, serta peningkatan harga jual produk nickel matte," jelasnya.
Baca Juga: Vale Indonesia Lakukan Pergantian Direksi, DPR Dorong Penguatan Tata Kelola
Selanjutnya: Outstanding Paylater BCA Capai Rp 346 miliar, Naik 25% pada Juli 2025
Menarik Dibaca: Jadwal Pertandingan Final UEFA Super Cup 2025: PSG vs Tottenham (14/8/2025)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News