Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat rupanya mengganggu rencana ekspansi perusahaan baja PT Lionmesh Prima Tbk. Saat rupiah loyo dan cenderung bergejolak seperti sekarang, manajemen emiten berkode saham LMSH ini memutuskan untuk menunda sementara rencana pembelian mesin pabrik.
Penundaan pembelian mesin pabrik ini jelas menganggu rencana pengoperasian pabrik baru mereka yang semula ditargetkan bisa beroperasi Juni 2016. "Ada kemungkinan pengoperasian pabrik akan mundur satu atau dua bulan dari jadwal Juli," kata Sukmawati Syarif, Corporate Secretary LMSH kepada KONTAN, Jumat (16/10).
Sukmawati bilang, pembelian mesin saat rupiah melemah akan meningkatkan biaya. Maka itu manajemen LMSH melakukan pembelian mesin saat nilai rupiah susah sesuai dengan hitungan mereka. "Beberapa waktu lalu kurs dollar kuat sekali, kami harap kurs stabil lagi," kata Sukmawati.
Untuk bikin pabrik ini, manajemen LMSH mengalokasikan dana investasi senilai
Rp 60 miliar–Rp 75 miliar. Dana ini termasuk dana pembelian mesin pabrik. Sayang, Sukmawati tak menyebutkan harga mesin pabrik tersebut.
Adapun lokasi pabrik baru LMSH ini berada di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pabrik baru LMSH ini menggantikan peran pabrik lama mereka yang sudah tutup awal tahun 2014 lalu karena lokasinya berdekatan dengan lokasi lumpur Lapindo.
Kapasitas produksi pabrik baru ini direncanakan sebesar 18.000 ton–24.000 ton wire rod per tahun. Kini LMSH tercatat memiliki pabrik wire rod di Bekasi, Jawa Barat dengan kapasitas produksi sekitar 35.000 ton per tahun.
Apabila pabrik baru mereka beroperasi pada tahun 2016, maka kapasitas produksi wire rod milik LMSH akan naik menjadi 53.000 ton–59.000 ton per tahun. Sumawati berharap, kinerja mereka akan naik seiring dengan penambahan kapasitas produksi pabrik tersebut.
Target konservatif
Tahun ini LMSH tidak memiliki ambisi besar untuk mengejar pertumbuhan penjualan. Pelemahan ekonomi membuat emiten ini lebih realistis dan hanya membidik target pendapatan sama dengan tahun 2014 lalu. "Semula kami targetkan pertumbuhan penjualan 10%, tetapi kami revisi," ujar Sukmawati.
Mengacu laporan keuangan LMSH, pendapatan perusahaan tahun 2014 lalu tercatat senilai Rp 249,07 miliar. Adapun pada semester I-2015, manajemen LMSH hanya berhasil mendulang pendapatan Rp 82,54 miliar, turun 33,79% ketimbang pendapatan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 124,68 miliar.
Agar bisa menyamai penjualan tahun lalu, LMSH berusaha keras memasarkan wire rod untuk kebutuhan proyek swasta dan pemerintah. "Wire rod dibutuhkan pemerintah untuk membangun jalan desa," tambah Sukmawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News