Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurunnya lahan perkebunan tebu rakyat di Jawa mengakibatkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) kesulitan mendapatkan bahan baku. Padahal, RNI pun masih harus bersaing dengan Pabrik Gula (PG) milik BUMN lain dan PG swasta.
Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan, saat ini RNI memiliki tujuh PG yang terletak di Jawa Timur dan Jawa Barat. Sementara RNI hanya memiliki lahan Hak Guna Usaha di wilayah Jawa Barat yakni PG Subang seluas 4.500 ha, dan PG Jatitujuh seluas 12.000 ha. Sementara, PG milik RNI yang terletak di Jawa Timur harus menyerap bahan baku dari perkebunan rakyat.
Penurunan penyerapan bahan baku ini diakibatkan adanya perubahan peruntukan lahan petani. Menurut Didik, hal ini bisa dikarenakan petani yang memilih untuk berpindah ke komoditas lainnya serta dipengaruhi perkembangan infrastruktur.
"Berkembangnya infrastruktur dapat menyebabkan pusat pertumbuhan baru. Pertumbuhan baru ini bisa mengakibatkan perubahan dari basis pertanian menjadi pertumbuhan yang berbasis infrastruktur," jelas Didik kepada Kontan.co.id, Rabu (6/12).
Selain itu, Didik mengungkap saat ini PG milik RNI masih membutuhkan biaya pokok produksi yang tinggi. Hal ini dikarenakan mesin pengolahan tebu yang sudah tua serta kapasitas produksinya yang kecil.
Menyadari berbagai tantangan ini, Didik mengungkap RNI akan mengembangkan pabrik gula di luar Jawa. Namun, PG milik RNI di Jawa Timur akan tetap dijaga kapasitas produksinya. "Kami tidak akan melakukan ekspansi. Kalau bisa, efisiensinya ditingkatkan," ujar Didik.
Tak hanya itu, selanjutnya RNI juga berusaha untuk melakukan diversifikasi produk. Didik mengatakan, saat ini RNI tengah melakukan penelitian untuk menghasilkan berbagai produk berbahan tebu selain gula.
Menurutnya, pengembangan industri hilir serta pemanfaatan teknologi dalam agro industri sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan biaya produksi yang lebih murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News