kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lutfi minta Bulog lakukan intervensi pasar


Kamis, 02 Oktober 2014 / 20:09 WIB
Lutfi minta Bulog lakukan intervensi pasar
ILUSTRASI. Cara Nonton Mashle: Magic and Muscles Episode 2 Subtitle Indonesia dan Tempat Nonton


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi menilai Perum Bulog sebaiknya segera lakukan intervensi pasar. Hal ini berbeda dengan pendapatan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, yang menilai belum saatnya ada operasi pasar.

“Saya sudah perintahkan Pak Tarto (Dirut Bulog Sutarto Alimoeso) bukan hanya untuk melakukan impor, tapi juga saya perintahkan untuk mengintervensi di pasar-pasar yang mulai tinggi (harga berasnya),” kata dia di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (2/10).

Menurut Lutfi, kenaikan harga beras Rp 100 per kilogram saja sudah akan menyumbang inflasi lumayan tinggi dan menjadi permasalahan. Apalagi, temuan Kementerian Perdagangan, harga beras sudah naik cukup tinggi di sejumlah pasar-pasar di daerah seperti di Padang, Sumatera Barat, dan Kupang.

“Pokoknya kita mesti jaga. Begitu harga naik Rp 100 perak, langsung inflatornya, menjadi permasalahan,” ujar dia.

Namun Lutfi enggan menyebutkan berapa kenaikan harga yang menjadi dasar pertimbangan Perum Bulog melakukan intervensi pasar. Sebab, menurut dia, hal tersebut justeru akan dimanfaatkan oleh para spekulan untuk menahan pasokan. “Apalagi ini seharusnya sudah masuk musim tanam, tapi masih musim kering,” tukas Lutfi.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melaporkan inflasi September 2014 cukup rendah 0,27%. Meski demikian, komoditas beras kembali menjadi faktor penyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,02%. Menurut Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, kenaikan harga beras lebih disebabkan karena spekulasi pasar.

“Sebetulnya karena ekspektasi. Pasar, melihat ARAM 1 BPS, berekspektasi produksi menurun, sehingga mereka mempertahankan harga tinggi. Kecuali dalam beberapa bulan ke depan ada lompatan perbaikan peningkatan produksi entah bagaimana caranya,” kata Sasmito, Jakarta, Rabu (1/10).

Sasmito mengatakan, jika kondisi ini tidak segera diantisipasi, maka bulan Oktober ini beras diperkirakan akan menyumbang inflasi lebih besar. Sumbangan beras dalam inflasi September ini sebesar 0,02%. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×