kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.463   7,00   0,04%
  • IDX 6.894   62,20   0,91%
  • KOMPAS100 1.000   9,34   0,94%
  • LQ45 774   6,67   0,87%
  • ISSI 220   2,81   1,30%
  • IDX30 401   2,46   0,62%
  • IDXHIDIV20 475   1,62   0,34%
  • IDX80 113   1,02   0,91%
  • IDXV30 115   0,11   0,09%
  • IDXQ30 131   0,72   0,56%

Manisnya Berbisnis Furnitur Ukiran Jepara


Jumat, 30 Januari 2009 / 07:39 WIB


Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di tengah lesunya ekspor furnitur dan kerajinan ukir Jepara, pengusaha furnitur masih bisa berharap pada tingginya permintaan dalam negeri. Yaitu untuk kebutuhan desain interior kantor atau perumahan.

Salah satu pengusaha furnitur dan kerajinan kayu Jepara yang mengadu nasib di Jakarta adalah Mujiono. Pria berusia 44 tahun ini sukses menjadi pemasok furnitur bagi para desain interior di Jakarta.

Beberapa furnitur yang dibuatnya antara lain lemari makan, meja makan, kursi makan, tempat tidur, rak display, kursi tamu, sofa, bingkai cermin, meja konsul, ornamen islami dan ukir-ukiran. Saban bulan, minimal Mujiono mendapat order pembuatan furnitur minimal Rp 50 juta sampai Rp 100 juta.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, pria kelahiran Jepara ini memang sangat menyukai kesenian. Apalagi di daerah tempat tinggalnya, kesenian ukir berkembang dengan pesatnya. Selepas sekolah menengah, Mujiono lantas merantau keluar Jepara untuk menimba ilmu di pabrik ornamen.

Setelah lima tahun puas mengembara, Mujiono pun mendirikan usaha Jepara Arts di bilangan Klender, Jakarta Timur pada tahun 1996. "Modal saya hanya kenalan pendesain interior dan rumah kontrakan saya," ujarnya. Walaupun begitu, Mujiono diuntungkan dengan posisi Klender sebagai sentra furnitur di Jakarta Timur.

Dari kenalan-kenalannya, Mujiono mendapatkan order-order secara rutin saban bulannya. Dari situ, Mujiono lantas memperkerjakan sekitar 20 tukang yang didatangkannya langsung dari kampung asalnya untuk membantunya merampungkan order.

Untuk satu orderan biasanya lengkap mulai dari meja sampai lemari. Harganya lumayan mahal untuk furnitur berbahan baku kayu jati. Satu unit lemari dua pintu bisa dijual Mujiono dengan harga Rp 8 juta. Sementara untuk meja makan mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 7,5 juta tergantung lebarnya. Dari harga-harga yang ditawarkannya, Mujino mengaku mendapat margin sampai 15%.

"Bahan kayu baik gelondongan maupun papan saya ambil dari pangkalan kayu di Jawa Timur," tuturnya. Beberapa jenis kayu yang dipilih Mujiono merupakan kualitas terbaik seperti mahoni, jati, sungkay, kamper samarinda, nyathuk dan meranti.

Saban bulan, Mujiono bisa memborong minimal dua kubik kayu seharga Rp 50 juta. Satu kubik jati gelondong dibelinya seharga Rp 20 juta. Sementara yang berbentuk papan harganya dua kali lipat kayu gelondongan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×