kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Maret 2015, penjualan rumah seken akan menggeliat


Selasa, 19 Januari 2016 / 11:04 WIB
Maret 2015, penjualan rumah seken akan menggeliat


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) memproyeksi penjualan properti nasional tahun 2016 bisa tumbuh pada kisaran 10%-12%. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang realisasi penjualan properti tahun 2015 yang berdasarkan data sementara REI hanya tumbuh di level 7%-8%.

Ketua Umum REI Eddy Hussy memperkirakan, nuansa positif ini diperkirakan juga akan terjadi pada rumah seken. Eddy bilang, rumah second sebagian besar memiliki fungsi sebagai ladang investasi yang dapat digunakan diantaranya dengan disewakan. Hal ini tentu mendatangkan income atau pemasukan bagi pemilik.

“Prospek rumah second masih bagus, akan lebih baik dari 2015,” kata Eddy Hussy kepada KONTAN, Senin (18/1).

Eddy menuturkan, ketersediaan atau stok rumah second tidak banyak dan sebagian besar berada di tengah kota besar. Dari segi tingginya harga pun, sangat tergantung pada daerah. Eddy menyebutkan, pada daerah yang pasar propertinya sudah berkembang, rumah second bisa berharga lebih tinggi dibanding rumah primary atau rumah pertama.

Ia mencontohkan, di daerah pusat Jakarta, harga rumah seken bisa meningkat antara 1,5 kali lipat sampai dengan 2 kali lipat. “Lokasi di prime area kota besar, membuat rumah seken jauh lebih mahal dibanding primary. Rumah seken biasanya dibeli saat masih merupakan rumah primary kemudian dijual lagi. Itu sudah bisa meningkatkan harga jual,” ujar Eddy.

Direktur Century 21 Ali Hanafiah Lijaya menuturkan, prospek rumah secondary lebih baik daripada primary. Sebab, rumah secondary merupakan barang yang sudah jadi. Peningkatan rumah secondary pada 2016 optimis membaik lantaran regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ali memperkirakan, pertumbuhan penjualan rumah secondary sepanjang 2016 bisa menembus angka 15%-20%.

“Tapi baru akan terjadi mulai akhir Q1-2016 atau bulan Maret 2016 dengan catatan melihat situasi pertumbuhan ekonomi, politik dan keamanan nasional,” kata Ali.

Optimesme ini terjadi karena respon pemerintah yang cepat terhadap masalah-masalah keamanan nasional meski tekanan ekonomi global besar. Namun, faktor konsumsi domestik yang tinggi diharapkan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke arah yang lebih baik lagi.

“Rumah secondary diminati tidak hanya karena ada perbedaan atau GAP harga yang tinggi, tetapi lebih kepada bentuk rumah yang sudah jadi secara fisik,” ucap Ali.

Menurut Ali, celah atau GAP harga antara rumah secondary dengan primary tidak besar. Ia mencontohkan, perumahan Pantai Indah Kapuk dan juga Kelapa Gading yang memiliki developer yang kuat. Nah, di sini, harga rumah second mengacu pada harga rumah primery.

Namun kebalikannya, seperti di Puri Indah, developer sudah tidak banyak, maka harga rumah primary mengikuti harga rumah secondary. “Secondary mengikuti pasar primary, jika pasar primary kuat. Kalau primary tidak kuat, maka sebaliknya. GAP harga tidak besar, karena kalau besar maka konsumen lebih memilih yang harganya lebih murah dan memilih rumah primary meski harus inden,” jelas Ali.

Selain itu, kata Ali, pengaruh stok rumah terhadap kenaikan harga sangat relatif. Ketersediaan rumah primary jauh lebih banyak ketimbang rumah secondary lantaran merupakan barang baru untuk dijual. Ali menilai, margin harga penjualan rumah secondary per tahun menurut rata-rata berkisar antara 10%-20%. mengikuti kenaikan tanah dan bangunan.

“Selain itu juga mengikuti tingkat suku bunga bank dan juga suplai dan demand rumah,” imbuh Ali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×