Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen kosmetik, PT Martina Berto Tbk (MBTO) menargetkan kenaikan pendapatan senilai hampir Rp 500 miliar hingga akhir tahun 2023.
Target ini diungkap langsung oleh Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil, karena didukung oleh optimisme dan agresivitas tim sales yang dimiliki perseroan.
“Target net sales (penjualan bersih) MBTO tahun 2023 adalah Rp 499 miliar sekian ya hampir Rp 500 Miliar. Kita cukup optimis dengan agresivitas tim sales didukung juga oleh semua tim,” tuturnya saat dihubungi Kontan, Kamis (02/11).
Bryan menambahkan, di sisa 2 bulan tahun ini, angka target penjualan tersebut diprediksi dapat tercapai minimal 98%.
“Sedangkan untuk target laba tahun 2023 ini, targetnya adalah rugi yang sangat menurun. Ini sangat jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kerugian sangat parah di 2020, 2021, dan 2022,” jelasnya.
Baca Juga: Martina Berto (MBTO) Catat Kenaikan Pendapatan 23% Per Kuartal III-2023
Ada beberapa strategi yang diterapkan untuk mencapai target di atas. Yang pertama adalah dengan cara meningkatkan agresivitas di segi sales management, kemudian melakukan maintenance dari segi marketing serta fokus pada bisnis maklon atau cut make trim (CMT).
“Jelang tutup tahun 2023, intinya kita terus agresif di segi sales management, selain maintain dari segi marketing baik sisi sales management produk-produk kita, yaitu maklon di PT Cedefindo dan juga Martha Tilaar shop,” jelas Bryan.
Jika menilik dari laporan keuangan MBTO di kuartal-3 ini, penjualan bersih perseroan meningkat 23,02% dengan nilai Rp 320,04 miliar jika dibandingkan dengan penjualan bersih di September 2022 dengan nilai Rp 258,26 miliar.
Penjualan bersih Martina Berto terdiri atas penjualan kosmetik sebesar Rp 180,55 miliar, penjualan jamu Rp 1,27 miliar, serta penjualan lain-lain mencapai Rp 196,23 miliar.
Total penjualan tersebut kemudian dikurangi diskon penjualan dan retur penjualan masing-masing senilai Rp 49,95 miliar dan Rp 8,07 miliar.
MBTO juga berhasil menekan rugi bersih mereka hingga berada pada nilai Rp 1,76 miliar jika dibandingkan dengan rugi bersih kuartal-3 tahun lalu yang berada di angka Rp 17,62 miliar.
Kemudian terkait kendala yang masih dirasakan perseroan hingga akhir tahun, Bryan mengatakan kendala sejauh ini yang dirasakan masih dalam skala minor. Perseroan tambah dia, akan lebih fokus pada efisiensi biaya COGS dan COGM.
Sebagai informasi, COGS merupakan total harga pokok barang yang telah dijual kepada konsumen, sementara COGM menggambarkan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi untuk menghasilkan barang jadi.
“Jika dikatakan kendala, maka kendala minor istilahnya bagaimana kita dapat efisien seideal mungkin dalam biaya COGS dan COGM tahun ini, karena jauh lebih baik jika dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022. Karena tidak ada bisnis yang nol atau zero kendala,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News