kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masuknya Sejumlah Konglomerat Nasional Jadi Pertanda Positif Bagi Industri Smelter


Jumat, 24 Desember 2021 / 06:05 WIB
Masuknya Sejumlah Konglomerat Nasional Jadi Pertanda Positif Bagi Industri Smelter


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, sejumlah konglomerat Indonesia tampak berbondong-bondong berinvestasi di industri smelter. Mengutip berita Kontan sebelumnya, Kalla Group melalui PT Bumi Mineral Sulawesi bersiap masuk ke industri baterai kendaraan listrik dengan membangun smelter di Luwu Industrial Park. Bumi Mineral Sulawesi ini menggandeng Pohang Iron and Steel Company (POSCO) asal Korea Selatan sebagai offtaker seluruh produk nikel sulphate milik perusahaan tersebut.

Kemudian, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang dimiliki Garibaldi Thohir hendak membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia. ADRO membangun smelter tersebut lewat anak usahanya, PT Adaro Aluminium Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso berpendapat, masuknya konglomerat dalam negeri ke industri smelter menjadi pertanda positif lantaran membuka kesempatan agar kekayaan sumber daya alam Indonesia dikelola langsung oleh warga negara Indonesia itu sendiri.

Baca Juga: Kalla Group Akan Membangun Enam Pabrik Pengolahan Nikel

Dia pun berharap tak hanya konglomerat level nasional saja yang tertarik berinvestasi di industri smelter, melainkan juga para pengusaha daerah. “Para pengusaha daerah yang mengenal kekayaan dan potensi daerah masing-masing dapat memanfaatkan momentum ini,” imbuh Prihadi, Kamis (23/12).

Ditambah lagi, pemerintah sudah tepat menggencarkan hilirisasi pertambangan. Sebab, nilai tambah produk hasil tambang terletak pada proses peleburan yang kemudian diikuti proses pemurnian untuk memisahkan mineral-mineral ikutan. Jika produk tambang diekspor tanpa dilebur dan dimurnikan terlebih dahulu, bisa jadi nilai tambahnya akan lebih dinikmati oleh negara-negara lain.

Secara umum, lanjut Prihadi, prospek industri smelter tergolong cerah apabila pemerintah mampu mengatur tata kelolanya secara mumpuni dengan memperhatikan beberapa hal.

Baca Juga: Kejar Target Penyelesaian Smelter, Amman Mineral Berharap Mendapat Insentif

Di antaranya adalah memilih mineral jenis unggulan yang benar-benar dibutuhkan dunia industri untuk dikelola di fasilitas smelter. Kemudian, mengingat industri smelter bersifat padat modal, maka pemerintah dan otoritas terkait keuangan wajib mendukung akses ketersediaan pendanaan yang memadai bagi investor di sektor industri smelter.

Pemerintah juga patut memberikan kebijakan-kebijakan yang ramah bagi pelaku industri smelter. Misalnya, insentif pajak, kemudahan birokrasi perizinan, hingga penetapan zona-zona ekonomi untuk mendukung industri smelter.

“Paling penting adalah pemerintah perlu menjaga daya saing harga komoditas andalan Indonesia tersebut secara internasional,” tandas dia.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Bakal Bangun Aluminium Smelter di Kawasan Industri Hijau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×