kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masyarakat diimbau laporkan penipuan online alat kesehatan di tengah wabah corona


Jumat, 27 Maret 2020 / 16:17 WIB
Masyarakat diimbau laporkan penipuan online alat kesehatan di tengah wabah corona
ILUSTRASI. Ilustrasi belanja online. KONTAN/Muradi/2017/12/05


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kesulitan mendapatkan alat kesehatan, angka penipuan di marketplace ternyata mengalami peningkatan. Data marketplace menunjukkan bahwa di bulan-bulan belakangan seiring dengan berkembangnya pandemi corona (COVID-19) dan makin banyaknya masyarakat yang tinggal di rumah, terjadi peningkatan pelaporan penipuan.

Di Tokopedia, ribuan merchant menjual berbagai alat kesehatan dengan harga tak wajar, dengan membuat harga, judul, dan deskripsi, yang mengeksploitasi wabah virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19.  Ribuan merchant Tokopedia yang melanggar itu akhirnya ditutup, setelah ada imbauan dari Kominfo. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, untuk mengantisipasi kasus-kasus penipuan di marketplace, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan marketplace, dan bersyukur marketplace sudah melakukan tindakan dengan menutup ribuan merchant.  Tindakan itu ternyata sudah dilakukan sebelum Kominfo memanggil marketplace.

Baca Juga: Kurangi resiko saat wabah corona, e-commerce lakukan pemblokiran akun nakal

Dijelaskan Semuel, sangat tidak elok di tengah kondisi pandemi Covid-19, justru harga alat kesehatan melonjak. Tindakan marketplace seperti Bukalapak menutup akun penjual yang menawarkan harga alat kesehatan tidak normal, dinilai positif. Karena hal itu juga dilakukan oleh marketplace di luar negeri seperti Amazon dan lain-lain.

“Tindakan penutupan itu positif dan itu bukan hanya di Indonesia, di Amerika juga dilakukan, dilakukan Amazon memblok penjual. Tidak elok di saat sulit justru bertindak seperti itu,” ujar Semuel dalam keterangannya, Jumat (27/3).

Ia berharap, masyarakat juga lebih hati-hati. Jika memungkinkan, lakukan perbandingan harga, dan juga mencari produk seperti masker di apotik-apotik, atau aplikasi yang spesifik untuk kesehatan.

Adapun untuk kasus-kasus phising, kata Semuel, secara khusus ditangani Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) karena terkait dengan keamanan informasi. Namun Kominfo juga aktif, mengedukasi publik, agar hati-hati. Misal agar tidak mengklik link atau url website yang mencurigakan.

“Masyarakat jangan mudah klik link website yang mencurigakan, seringkali link misal menambahkan satu dua huruf satu dua kata, seperti aslinya, padahal ulr website tidak benar, Kominfo  kami fokus mengedukasi dan mengawasi agar tidak terjadi kasus-kasus seperti itu,” ujar Semuel.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah, mewanti-wanti agar masyarakat lebih hati-hati dalam berbelanja daring, juga benar-benar mencermati setiap prosedur saat berbelanja, agar tidak dirugikan.

Baca Juga: UPDATE corona di Indonesia: Total 1.046 kasus positif, 87 meninggal dan 46 sembuh

Pasalnya, di tengah wabah Covid-19, di mana masyarakat membutuhkan banyak alat kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga, muncul pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan memanfaatkan kepanikan.

Modus penipuan beragam, termasuk melalui pengiriman barang bodong dan juga melalui phising.  Phising menjadi salah satu andalan penipu di tengah timbulnya permintaan tinggi dan kepanikan masyarakat untuk mencari alat kesehatan.

Diketahui, melalui phising seorang peretas bisa menjebak untuk memberikan data-data penting secara tanpa disadari melalui jaringan internet, yang berujung peretasan.

 Jenis phising yang paling populer dan kerap digunakan adalah clone phishing. Pada phising jenis ini, serangan dilakukan dengan melalui surat elektronik yang terlihat resmi dan mengandung attachment di dalamnya. 

Attachment ini kemudian digunakan untuk mengambil data dari si korban untuk kemudian dikirimkan lagi ke tempat yang diinginkan oleh si pelaku.

Jenis phising yang belakangan marak terjadi di marketplace Indonesia menggunakan pendekatan social engineering.

Menyadari kesulitan masyarakat membeli alat kesehatan, peretas memanipulasi korban untuk meng-click suatu tautan yang dikirim melalui direct message, whatsapp atau sms.

Baca Juga: Balita berusia 2 tahun di Purbalingga positif corona, sebelumnya pernah ke Jakarta

Peretas biasanya memberikan alasan bahwa terjadi kesalahan di sistem atau pesanan tercatat berulang. Tautan di luar sistem marketplace itulah yang nantinya akan meminta data-data pribadi atau bahkan lebih parah, data finansial korban.

Piter menjelaskan, untuk mengurangi penipuan di perdagangan online memang tidak mudah. Menghilangkan sama sekali rasanya tidak mungkin. Karena itu, ia mendorong agar marketlpace lebih gencar meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang bagaimana belanja online secara aman.

 “Salah satunya hanya belanja online di marketplace yang sudah teruji dan kredible serta pergunakan sistem yang mereka punya,” ujar Piter, kepada media, Jumat (27/3).

Piter menambahkan agar konsumen jangan mau dipancing bertransaksi atau menyerahkan data-data di luar sistem, meskipun bertemu seller di marketplace.

Selain sosialisasi edukasi, tak kalah penting, pemerintah juga menata regulasi tentang perizinan dan pengawasan terhadap mereka yang melakukan penjualan secara online. Mereka yang akan menjual sesuatu secara online hendaknya terdaftar dan diawasi.

Langkah selanjutnya meningkatkan peran lembaga perlindungan konsumen untuk menampung pengaduan korban penipuan perdagangan online.  Market place juga harus bertanggung jawab apabila terjadi penipuan oleh salah satu lapak atau penjual yang ada di marketplace yang mereka kelola.

“Semua praktik tak wajar termasuk menjual diharga diatas harga pasar memanfaatkan situasi seperti wabah corona seharusnya menjadi bagian yang diawasi dan dicegah oleh pengelola marketplace di bawah pengawasan pemerintah,” tegas Piter.

Baca Juga: Bukalapak take down pelapak nakal saat virus corona mewabah

VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak mengklaim sudah menutup ribuan toko yang mengeksploitasi dampak COVID-19, terutama kategori kesehatan.  Tokopedia juga membuka pengaduan atau laporan dari masyarakat yang nantinya secara berkala akan ditinjau atau review.

 CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menambahkan bahwa Bukalapak terus melakukan pengawasan dan penindakan atas toko online atau pelapak yang menjual barang dengan harga tidak wajar.

Hingga Senin (23/3/2020), ia mengaku telah menindak tegas pelapak yang melakukan praktik penjualan masker dan hand sanitizer di luar harga batas wajar.

“Kami sudah menindak tegas pelapak kami yang mengambil keuntungan yang tidak wajar dalam kondisi ini. Kami akan terus memantau, memonitor situasi ini, dan melanjutkan tindakan yang tegas tersebut jika diperlukan,” ucap Rachmat.

Rachmat juga mengimbau agar konsumen terus meningkatkan kewaspadaan, termasuk melaporkan jika mengalami penipuan kepada marketplace dan pihak yang berwenang untuk dapat ditindaklanjuti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×