Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deloitte Global bersama Circle Economy mengingatkan bahwa penurunan tingkat sirkularitas global bisa berdampak serius terhadap ketahanan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Dalam laporan Circularity Gap Report (CGR) 2025 yang dirilis hari ini, disebutkan bahwa hanya 6,9% dari total 106 miliar ton material yang digunakan setiap tahun berasal dari sumber daur ulang, turun dari 9,1% pada 2015.
Deloitte adalah jaringan global firma layanan profesional yang bergerak di bidang audit, konsultasi, pajak, dan layanan finansial. Deloitte bermitra dalam penyusunan laporan CGR yang kini menjadi tolok ukur global dalam memantau kemajuan transisi ke ekonomi sirkular.
Laporan ini menunjukkan bahwa konsumsi material global tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan populasi, sementara sistem daur ulang belum mampu menanganinya. Hal ini menyebabkan lebih dari 90% material berakhir sebagai limbah atau emisi. Bagi Indonesia, kondisi ini bisa memperbesar risiko krisis lingkungan dan tekanan terhadap sumber daya alam yang kian terbatas.
"Pemimpin bisnis yang melampaui kepatuhan dan mengadopsi pola pikir sirkular dapat membuka nilai pasar baru, mengurangi biaya, dan membangun rantai pasok yang lebih tangguh," ujar David Rakowski, Global Leader for Circularity Deloitte UK dalam siaran pers, Rabu (14/5).
Baca Juga: Sampah Tekstil Setiap Orang 30 Kg Per Tahun, LG Tegaskan Pentingnya Daur Ulang
Circle Economy menilai bahwa pengurangan konsumsi material dan peningkatan efisiensi sumber daya penting untuk menjaga keberlanjutan pembangunan. CGR 2025 juga memperkenalkan 11 indikator sirkularitas guna membantu pembuat kebijakan dan pelaku usaha menetapkan strategi sirkular yang tepat.
Bagi Indonesia, transisi ke ekonomi sirkular dapat dimanfaatkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi, mengurangi ketergantungan pada material mentah, serta mendorong pertumbuhan sektor daur ulang dan industri berbasis inovasi. Pemerintah juga dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki kebijakan fiskal, misalnya, mengalihkan beban pajak dari tenaga kerja ke penggunaan material, serta mengurangi subsidi pada aktivitas ekonomi linear yang boros sumber daya.
Baca Juga: Upaya Waste4Change Kurangi Sampah TPA dan Dukung Ekonomi Sirkular
Dalam konteks domestik, Indonesia dapat fokus pada peningkatan efisiensi pengelolaan limbah rumah tangga. Sebagian besar limbah yang berhasil diproses ulang justru berasal dari sektor industri dan konstruksi.
Circle Economy juga mendorong pemanfaatan stok material dari bangunan dan infrastruktur, pengelolaan biomassa yang lebih bijak, dan penghentian praktik pembuangan material yang masih bisa diperbarui.
“Bahkan dalam skenario ideal, daur ulang saja tidak cukup. Kita perlu perubahan sistemik yang menyeluruh,” kata Ivonne Bojoh, CEO Circle Economy.
Melalui peluncuran CGR Dashboard, data ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan mengambil langkah berbasis bukti dan mengintegrasikan prinsip sirkular dalam berbagai sektor industri.
Baca Juga: SWI dan IPR Luncurkan Indeks Daur Ulang Plastik Indonesia
Selanjutnya: Mau Kulit Awet Muda? Lakukan 3 Hal Ini Setiap Malam Agar Produksi Kolagen Meningkat
Menarik Dibaca: Mau Kulit Awet Muda? Lakukan 3 Hal Ini Setiap Malam Agar Produksi Kolagen Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News