Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Medco Power Indonesia, anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk, siap melanjutkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla di Sumatera Utara. Medco optimistis bisa melanjutkan proyek ini lantaran pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) proyek pengembangan PLTP Sarulla.
SKB ini disepakati Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri BUMN dan Menteri Keuangan. SKB tiga menteri itu antara lain mengamanatkan aset hulu PLTP sepenuhnya dimiliki PT Pertamina Geothermal, anak usaha PT Pertamina yang bergerak di sektor panas bumi. Adapun aset hilir disesuaikan dengan isi kontrak bersama pengembang panas bumi.
"Aset pemerintah tadi akan menjadi jaminan atas pinjaman ke Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Asian Development Bank (ADB)," ungkap Fazil E Alfitri, Direktur Utama Medco Power Indonesia, kepada KONTAN, Jumat (18/1).
PT Sarulla Operation Limited, konsorsium pemenang tender pembangunan PLTP berkapasitas 3x110 Megawatt (MW) itu, boleh menggunakan PLTP sebagai jaminan. Apabila proyek tersebut sukses, PLTP Sarulla akan menjadi PLTP terbesar di Asia.
Sebagai catatan, konsorsium Sarulla Operation beranggotakan empat perusahaan, yakni Medco Power dengan porsi saham 37,5%, sekaligus pemimpin konsorsium Sarulla Operation. Kemudian Kyushu Electric dengan menguasai 25% saham, Itochu Corporation memiliki 25% saham serta Ormat International Inc yang menggenggam 12,5% saham.
Fazil menjelaskan, konsorsium bakal meraih pinjaman dari JBIC dan ADB senilai US$ 1 miliar atau Rp 9,6 triliun. Sedangkan taksiran total dana pembangunan PLTP Sarulla mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 14,4 triliun.
Fazil menyatakan, proyek PLTP Sarulla hingga kini menghabiskan dana US$ 32 juta. Dana itu antara lain dialokasikan untuk pembebasan lahan, perizinan dan kajian konstruksi.
Proyek PLTP Sarulla direncanakan dalam tiga tahap dan berlangsung hingga empat tahun. Pada tahap pertama, dibangun pembangkit dengan kapasitas 110 MW rampung di akhir 2015. Kemudian tahap kedua, juga berkapasitas 110 MW selesai pada 2016 dan tahap ketiga (110 MW) diperkirakan rampung pada 2017.
Sarulla Operation telah menunjuk kontraktor pembangunan. "Sudah pasti ada revisi target lagi. Tapi kali ini kami optimistis semua selesai pada 2017," ungkap Fazil.
Sebelumnya, Kementerian ESDM Jero Wacik menyatakan proyek Sarulla sudah bisa dimulai pada 1 Februari 2013. Dengan catatan, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengeluarkan surat revisi peralihan aset dari Pertamina dan Kementerian BUMN.
Sedangkan untuk perjanjian jual beli listriknya, Sarulla Operation dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sepakat harganya di level US$ 0,0649 per KWH. "Mudah-mudahan Februari tahun ini kami bisa dimulai. Kami ingin segera melanjutkan proyek PLTP ini," ucap Fazil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News