kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memanfaatkan peluang besar ekspor produk olahan kelapa Indonesia


Kamis, 20 Agustus 2020 / 11:40 WIB
Memanfaatkan peluang besar ekspor produk olahan kelapa Indonesia
ILUSTRASI. Pekerja memilih buah kelapa yang akan diambil isinya untuk dijadikan kopra di Desa Bantan Timur kabupaten Bengkalis, Bengkalis, Riau, Rabu (19/9). Harga kelapa cungkil basah untuk bahan baku kopra turun dari Rp4.000 per kg menjadi Rp2.000 per kg. ANTARA F


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kelapa di dunia. Dari total nilai ekspor kelapa dunia pada 2019 yang US$ 11,6 miliar, Indonesia menguasai US$ 2,17 miliar. Namun nilai tersebut tergolong kecil bila dibandingkan potensi yang belum dikelola dengan maksimal.

Hal ini mengemuka dalam webinar forum diskusi kelapa Merebut Pasar Kelapa Dunia yang diselenggarakan Media Perkebunan dan Sahabat Kelapa Indonesia, Rabu (19/8).

Baca Juga: Buton Utara laksanakan ekspor perdana 12 ton kopra ke China

Dalam kesempatan itu juga secara virtual dilepas ekspor coco fiber dan coco peat ke Jepang oleh PT Mahligai Indococo Fiber dan briket arang kelapa ke Rusia oleh PT Tom Cococha Indonesia.

Perwakilan dari  International Coconut Comunity, Alit Pirmansah, mengatakan, dari total nilai ekspor kelapa dunia yang US$ 11,6 miliar, nilai ekspor terbesar berasal dari olahan daging kelapa yakni US$ 3,91 miliar, air kelapa US$ 3,41 miliar, tempurung US$ 2,21 miliar dan sabut US$ 0,2 miliar.

Sementara itu, dari total nilai ekspor kelapa Indonesia tahun 2019 yang sebesar US$ 2,17 miliar, ekspor olahan daging kelapa  merupakan terbesar yakni US$ 663,8 juta, olahan tempurung kelapa US$ 209,6 juta, olahan air kelapa US$ 35,3 juta dan olahan sabut US$ 12,6 juta.

Baca Juga: Bisnis produk kecantikan dari bahan baku buah merah asal Papua

Sementara itu, volume ekspor yang paling besar tahun 2019 adalah minyak kelapa 610.812 ton, kemudian kelapa segar 558.153 ton, arang tempurung kelapa 349.607 ton, kopra meal 237.639 ton, kopra 153.655 ton, desicated coconut 98.742 ton, produk sabut 37.928 ton, gula kelapa 36.465 ton, air kelapa 31.547 ton, santan 30.753 ton, karbon aktif 28.708 ton.

Secara umum perdagangan kelapa dunia tahun 2020 akan turun tetapi tidak  besar dan tidak untuk  seluruh produk. Ketika negara lain kesulitan memenuhi permintaan, ini jadi kesempatan untuk Indonesia menggantikan. Dalam jangka panjang prospeknya positif meskipun banyak tantangan yang harus diatasi.

Direktur Utama PT Tom Cococha Indonesia, Asep Jembar Mulyana, mengatakan, tempurung kelapa hanya 16% dari total volume kelapa, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tergantung dari pengusaha minyak dan sabut kelapa. Sekitar 90% produsen arang briket tempurung kelapa di Indonesia memproduksi arang shisha.  Indonesia merupakan produsen arang shisha terbesar dan terbaik di dunia.

Baca Juga: Indonesia Menjajaki Peluang Barter Komoditas dengan Senjata Produksi Negara Lain

“Tidak ada negara lain yang sanggup membuat arang shisha sebaik Indonesia. Merupakan anugerah Tuhan kualitas tempurung kelapa Indonesia merupakan yang terbaik,” katanya. Arang briket kelapa satu-satunya pasar dimana demand lebih tinggi dari suply. Banyak permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh Asep karena keterbatasan bahan baku.

Bisnis ini tidak ada yang mengatur harga seperti minyak kelapa di bursa Roterdam, sehingga produsen bebas menentukan harga sendiri. Bahan baku 100% lokal dan produksi 100% diekspor.

Pemerintah harus campur tangan memecahkan masalah bahan baku ini. Indonesia masih banyak mengekspor kelapa segar sehingga bahan baku arang ikut diekspor. Tidak mungkin pengusaha arang berhadapan langsung dengan petani dan minta jangan diekspor.

Efli Ramli, Dirut PT Mahligai Indococo Fiber  yang juga Ketua Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia menyatakan Indonesia yang mempunyai kebun kelapa terluas di dunia hanya memenuhi 3% saja dari kebutuhan sabut kelapa dunia. Sebagian besar sabut kelapa terbuang begitu saja tanpa diolah, bahkan dibakar.

PT MIF yang berdiri tahun 2007 setiap bulan mengekspor 30 kontainer coco fiber dan 35 ton coco peat. Permintaan coco fiber China adalah  3.000 kontainer/tahun sedang  Eropa Timur 200 kontainer. Permintaan coco peat China 3000 kontainer/tahun, Jepang 1500 kontainer, Korea 1500 kontainer, Itali 300 kontainer, Jerman 200 kontainer, Belgia/Belanda 300 kontainer, Israel 300 kontainer dan negara-negata Timur tengah 300 kontainer.

Baca Juga: Kadin nilai imbal dagang di tengah pandemi menguntungkan tapi butuh waktu

Supaya potensi sabut kelapa yang luar biasa ini bisa memenuhi kebutuhan dunia maka tiap sentra produksi kelapa harus didirikan industri ini. Industri ini harus dekat bahan baku. Efli sendiri siap melatih pelaku usaha agar memproduksi sabut kualitas ekspor. Kualitas sabut kelapa Indonesia lebih baik dari negara lain.

Petrus Tjandra CEO PT Multi Gemilang Agro Plantation Tbk menyatakan kelangsungan ekspor produk olahan kelapa sangat tergantung pada hulunya yaitu ketersediaan buah kelapa. Saat ini di hulu ada masalah yaitu kelapa yang sudah tua, lebih dari 60 tahun sehingga produktivitasnya rendah. Petani kelapa hanya berpenghasilan  Rp5-6 juta/tahun. Sumbangan ekspor kelapa juga hanya kecil sekali yaitu1%, sehingga kurang mendapat perhatian.

“Indonesia merupakan negara nyiur melambai. Keberadaan kelapa harus diselamatkan. Caranya dengan peremajaan kelapa tua. Kalau menggunakan kelapa dalam baru berbuah 7 tahun. Karena itu gunakan kelapa hibrida yang berbuah 3 tahun. Selama belum berbuah maka integrasi dengan tanaman pangan sehingga petani mendapat penghasilan,” katanya.

Baca Juga: Meski pandemi, Royal Lestari Utama tetap serap produksi karet rakyat

Negara-negara produsen kelapa sekarang menuju kelapa hibrida sedang Indonesia masih mengandalkan kelapa dalam. Kelapa hibrida yang pendek juga untuk masa depan industri gula kelapa.Kebutuhan gula kelapa akan semakin meningkat, harganya juga. Dengan kelapa genjah yang pendek, menderes jadi mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×