kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar duit belanja Indosat Ooredoo untuk cooking something


Senin, 22 Oktober 2018 / 08:33 WIB
Menakar duit belanja Indosat Ooredoo untuk cooking something
ILUSTRASI. PERGANTIAN DEWAN DIREKSI INDOSAT


Reporter: Ahmad Febrian, Auriga Agustina, Havid Vebri, Nur Pehatul Janna | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika Chris Kanter menjabat Direktur Utama Indosat Ooredoo, langsung mendapat sambutan hangat dari Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.  "Feeling saya, Indosat Ooredoo sedang mempersiapkan sesuatu. Indosat Ooredoo is cooking something,” ujarnya.  Banyak yang brtanya-tanya apa yang dimaksud Chief RA- panggilan Rudiantara dengan cooking something.

Akhirnya cooking something itu sedikit terkuak. Pada Farewell & Welcoming Indosat Ooredoo, Kamis (18/10) Kanter menargetkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun depan sekitar US$ 2 miliar atau Rp 30,4 triliun. Nah, untuk apa duit belanja itu? Menurut Kanter, dana tersebut tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan operator telekomunikasi. “Rencananya sudah ada sejak dua tahun lalu, tapi untuk perusahaan apa dan kapan akan direalisasikan itu belum tahu yang pasti saat ini kita akan fokus ke perluasan jaringan dulu,' ujarnya. Ini klop dengan keinginan Chief RA yang menginginkan terjadi konsolidasi. 

Kalau emak-emak dapat duit belanja dari suami, lalu darimana Indosat Ooredoo mendapat duit belanja, apakah dari sang emak, Ooredoo?  Sebelum sampai ke sumber pendanaan Victoria Venny, analis saham MNC Securities menyebutkan, idealnya capex  emiten telekomunikasi berkisar 20%-25% dari revenue perusahaan. "Jika pendapatan Rp 30 triliun, wajar jika capex Indosat di Rp 6 triliun- Rp 7,5 triliun. Jika mereka merencanakan capex sebesar Rp 30 triliun itu akan sulit terealisasi, terlebih sumber pendanaan relatif terbatas," dalam pernyataan tertulis akhir pekan lalu. .
 
Berdasarkan kinerja keuangan Indosat semester I-2018, total debt to equity ratio (DER) sudah mencapai 2.6 kali. Artinya, ruang untuk pendanaan melalui uutang relatif terbatas. Sedangkan net DER di level 1,4-1,5 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitor seperti XL Axiata dan Telkom Indonesia, yang berada di kisaran 0.5-0.6 kali. "Jika Indosat mencari dana capex melalui hutang, itu sangat berat. Paling besar ia hanya bisa mendapatkan Rp 3 triliun lagi. Ini disebabkan EBITDA Indosat tidak mendukung. Sehingga berat untuk mencari capex dari utang. Posisi  free cash flow juga tidak mendukung. Apa lagi saat ini untuk menerbitkan obligasi sangat sulit," terang Venny.

Untuk memperbaiki kinerja keuangan Indosat, langkah emiten berkode ISAT tersebut menurut Venny dengan restrukturisasi keuangan. Paling mudah  menambah ekuitas perusahaan melalui penerbitan saham baru (rights issue). Namun menerbitkan saham baru bukan perkara mudah. Pemerintah selaku pemegang saham di Indosat Ooredoo belum tentu mau menempatkan dana lagi, jadi sahamnya berpotensi terdilusi. "Sehingga yang paling mungkin dilakukan Indosat adalah melakukan konsolidasi dengan perusahaan telekomunikasi lain," ujarnya

Gosip konsolidasi Indosat Ooredoo ini memang sudah beredar lama dan berkali-kali muncul. Ada beberapa calon pasangan, mulai dari XL Axiata, Smartfren hingga Tri Indonesia. Khusus XL,  "Kinerja keuangan jauh lebih baik dibandingkan Indosat. Apa lagi XL termasuk berhasil  melakukan transformasi. Kecepatan mengubah revenue dari bisnis legacy menjadi layanan data serta ekspansi luar Jawa yang masif menjadi keunggulan kompetitif XL", terang Venny. Tapi terlepas dari akan cooking something apa, yang terpenting uang belanja  Indosat Ooredoo sudah siap dulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×