kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menengok Potensi Nilai Ekonomis dari Limbah Cair POME


Rabu, 07 Desember 2022 / 19:42 WIB
Menengok Potensi Nilai Ekonomis dari Limbah Cair POME
ILUSTRASI. Perkebunan kelapa sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kapasitas pemanfaatan limbah cair Palm Oil Mill Effluent (POME) PT Dharma Satya Nusantara Tbk bakal bertambah tahun depan. Saat ini, kemajuan pembangunan pabrik kedua pabrik Bio-CNG telah mencapai sekitar 80%.

Direktur DSNG, Jenti Widjaja mengatakan, pembangunan tahap I pabrik kedua bio-cng, yakni pembangunan komponen biogas untuk menghasilkan listrik 1,7 MW, diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2022.

“Sementara tahap kedua yaitu komponen bio-cng sebesar 540 m3 per jam dapat diselesaikan pada kuartal pertama tahun 2023 mendatang,” tutur Jenti kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).

Pabrik Bio-CNG kedua yang sedang dibangun bakal memanfaatkan limbah cair POME dari dua PKS berkapasitas 2 x 60 ton per jam. 

Baca Juga: Menakar Bisnis Cangkang Sawit nan Legit, Nilai Pasarnya Capai Triliunan Rupiah

Harapan DSNG, pemanfaatan 2 fasilitas pengolahan bio-cng perusahaan dapat mengurangi emisi setara 150.000 ton CO2 dan penghematan solar hingga 5,6 juta liter per tahun jika seluruh tahapan pembangunan telah selesai nanti.

“Dengan konsep circular economy, DSNG berharap tidak saja memanfaatkan limbah menjadi sumber energi yang bernilai ekonomi, tapi sekaligus dapat menekan emisi gas rumah kaca dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.” tutur Jenti.

Saat ini, pemanfaatan POME untuk menghasilkan nilai tambah memang sudah menjadi hal umum di industri sawit.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, saat ini POME sudah digunakan di kebun-kebun sawit untuk pemupukan organik. 

Pemanfaatan lainnya, POME di beberapa kebun sawit juga diproses dengan mekanisme methane capture untuk menghasilkan tenaga listrik.

Pemanfaatan POME, menurut Eddy, bisa memberi penghematan penggunaan pupuk kimia bagi pelaku industri sawit.

Baca Juga: Harga CPO Melandai, Dharma Satya (DSNG) Yakin Pertumbuhan Kinerja Terus Berlanjut

“Untuk kapasitas pabrik 30 ton per jam bisa menghemat 100 % tanpa pupuk kimia untuk areal sekitar 150 - 200 ha, artinya menghemat pupuk sekitar 217 ton per tahun atau kalau di rupiahkan Rp 2,4 miliar setahun,” tutur Eddy saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/12).

Hanya saja, Eddy mengaku tidak mengantongi berapa data volume POME yang dihasilkan industri sawit dalam negeri per tahunnya. 

Namun, menurut hitung-hitungan Eddy, Sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas 30 ton per jam yang mengolah 600 ton tandan buah segar (TBS) per hari akan menghasilkan POME 900 m3 per hari. 

“Kalau olah 25 hari per bulan 22,500 m3 per bulan. Tinggal berapa PKS di Indonesia, karena tidak semua perusahaan kebun sawit anggota Gapki dan PKS tanpa kebun juga bukan anggota Gapki maka kita belum punya data yang akurat,” tutur Eddy.

Prospek pemanfaatan POME sendiri sudah menjadi perhatian pemerintah. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan, POME  merupakan satu potensi energi terbarukan.

Baca Juga: Intip Prospek Sektor CPO Beserta Rekomendasi Sahamnya

Dengan proses digester, limbah cari tersebut, kata Dadan, bisa diubah menjadi biogas. 

“Kementerian Kementerian ESDM sudah sejak lama mendorong pengembangan ini. Kementerian  ESDM menyiapkan regulasi termasuk harga jual listriknya, terakhir melalui Perpres 112 (Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik),” ungkap Dadan kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×