kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik ambisi RI setop ekspor gas untuk pemanfaatan dalam negeri di tahun 2036


Rabu, 25 Agustus 2021 / 17:46 WIB
Menilik ambisi RI setop ekspor gas untuk pemanfaatan dalam negeri di tahun 2036
ILUSTRASI. Perawatan pipa jaringan gas PGN.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

Menurut Taslim, kebutuhan gas yang besar dapat diciptakan melalui pembangunan pabrik petrokimia serta proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang memang membutuhkan gas. Selain itu, interkoneksi infrastruktur menurut Taslim juga diperlukan untuk menunjang pengembangan pasar gas di Indonesia.

Sementara untuk harga, Taslim berpendapat bahwa bahwa harga gas bumi cukup kompetitif dibandingkan harga-harga gas di  beberapa negara-negara Asia Tenggara lainnya. Mengutip IHS Markit, SKK Migas mencatat bahwa harga gas bumi pada fasilitas pembeli alias plant gate di Indonesia berkisar US$ 6 - US$  6,52 per mmbtu untuk industri tertentu, US$ 6,05 per mmbtu untuk kelistrikan, US$ 6 - US$ 6,61 per mmbtu untuk pupuk, dan US$ 8 per mmbtu - US$ 11 per mmbtu untuk industri secara umum.

Sebagai pembanding, masih dikutip dari sumber yang sama, SKK Migas mencatat bahwa harga gas pada plant gate di Malaysia berkisar US$ 6 - US$ 6,58 per mmbtu untuk kelistrikan, sedangkan di Singapura harga gas di plant gate-nya sebesar US$ 10,5 per mmbtu untuk kelistrikan, US$ 12 untuk industri, dan US$ 40,5 untuk residensial.

Harga gas yang lebih rendah dibanding Indonesia ditemukan pada misalnya Vietnam yang harga gas plant gate-nya sebesar US$ 5,3 per mmbtu untuk kelistrikan, US$ 4,6 per mmbtu untuk pupuk, dan US$ 10,1 per mmbtu untuk industri. “Kalau kami lihat dari peta (perbandingan harga gas) ini, kita sebetulnya masih kompetitif dengan negara-negara sekitar kita,” ujar Taslim.

Baca Juga: Permintaan gas medis diperkirakan dapat menopang kinerja Aneka Gas (AGII)

Executive Vice President BBM dan Gas PLN, Ahmad Daryanto mengatakan, kebijakan harga gas sebesar US$ 6 per mmbtu di plant gate sudah sangat membantu bagi keekonomian harga biaya pokok produksi (BPP) di PLN. Meski begitu, ia melihat bahwa harga gas masih relatif lebih mahal dibanding harga batubara.

Dalam perhitungan PLN, di tahun 2020, biaya gas setara dengan 2,2 kali biaya batubara, sementara harga gas di tahun 2021 sejauh ini setara dengan 1,9 kali biaya batubara. Oleh karenanya, daya saing harga gas merupakan kunci untuk meningkatkan porsi gas dalam fuel mix PLN.

“Yang paling murah saat ini adalah batubara. Jadi kalau bicara harga ideal (gas), kalau gas itu mendekati ke harga batubara maka tentu otomatis daai akan mendorong penyerapan gas lebih banyak, karena tentu dari sisi BPP akan lebih baik bagi PLN untuk menyerap lebih banyak gas karena toh hampir sama dengan batubara,” kata Ahmad (24/8).

Pada tahun 2020 lalu, fuel mix PLN didominasi oleh sumber energi batubara dengan porsi 65,81%, sementara porsi kontribusi gas berjumlah sebesar 17,48%. Sisanya terdiri dari sebanyak EBT 13,08% dan BBM & BBN. Pada sepanjang Januari-Juli 2021 lalu, komposisi fuel mix PLN sedikit berubah menjadi 64,87% batubara, 18,53% gas, 12,83% EBT, serta 3,76% BBM & BBN.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×