kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   -23.000   -1,19%
  • USD/IDR 16.600   -70,00   -0,42%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Menilik Kinerja Emiten Keramik pada Kuartal I-2025, dan Prospeknya hingga Akhir Tahun


Senin, 12 Mei 2025 / 19:47 WIB
Menilik Kinerja Emiten Keramik pada Kuartal I-2025, dan Prospeknya hingga Akhir Tahun
ILUSTRASI. Emiten keramik mengukir kinerja yang beragam dalam tiga bulan pertama 2025. Ada yang mencatat kenaikan pendapatan dan laba, ada juga yang rugi. KONTAN/Muradi/2013/02/20


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten keramik mengukir kinerja yang beragam dalam tiga bulan pertama tahun 2025. Ada yang berhasil mendongkrak perolehan pendapatan dan laba, tapi ada juga yang berbalik menanggung kerugian.

Pendapatan dan laba bersih PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) masih kompak menanjak. ARNA meraup penjualan neto sebesar Rp 690,65 miliar pada kuartal I-2025. Tumbuh 9,24% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 632,22 miliar.

Secara bottom line, laba bersih ARNA ikut terdongkrak meski hanya dengan level yang minimalis. Laba bersih ARNA naik tipis 0,20% (yoy) dari Rp 104,79 miliar menjadi Rp 105 miliar hingga Maret 2025.

Berbeda dari PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) yang berbalik menanggung rugi, meski pendapatan mendaki. Pendapatan CAKK melonjak 62,95% (yoy) dari Rp 49,21 miliar menjadi Rp 80,19 miliar.

Baca Juga: Asaki Pangkas Target Utilisasi Industri Keramik Tahun 2025, Begini Penjelasannya

Namun, CAKK berbalik merugi sebesar Rp 5,43 miliar pada kuartal I-2025. Sebagai perbandingan, CAKK meraih laba bersih Rp 17,85 miliar pada kuartal I-2024, yang terdorong oleh laba penjualan properti investasi dan pendapatan lain-lain.

Nasib CAKK lebih baik ketimbang PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) dan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS). Pendapatan IKAI anjlok 32,31% (yoy) dari Rp 52,14 miliar menjadi Rp 35,29 miliar.

Performa bottom line IKAI pun berbalik dari laba bersih Rp 1,28 miliar menjadi rugi Rp 11,55 miliar. Sementara itu, pendapatan KIAS terpangkas 10,35% (yoy) dari Rp 160,21 miliar menjadi Rp 143,62 miliar pada kuartal I-2025.

Secara bottom line, kerugian KIAS membengkak dari Rp 937 juta menjadi Rp 15,35 miliar hingga Maret 2025. Kinerja sebagian emiten yang tertekan pada kuartal I-2025 terjadi ketika tingkat pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) industri keramik nasional mengalami kenaikan.

Merujuk data dari Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), tingkat utilisasi industri keramik nasional naik cukup signifikan dibandingkan tahun lalu. Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto memberikan gambaran, tingkat utilisasi industri keramik nasional mencapai 75% dalam tiga bulan pertama 2025.

Meningkat 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang kala itu hanya menyentuh 60%. Tingkat utilisasi kuartal I-2025 juga lebih tinggi ketimbang rata-rata tahun 2024 yang berada di level 65%.

Edy menjelaskan, kenaikan utilisasi industri keramik nasional pada awal 2025 terdorong oleh sejumlah faktor, terutama dukungan dari kebijakan pemerintah. Mulai dari implementasi kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib, hingga perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP).

"Ketiga kebijakan tersebut menjadi katalis positif. Tingkat utilisasi produksi keramik nasional mulai menunjukkan tren positif," terang Edy saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (12/5).

Revisi Target Utilisasi

Dengan tren positif ini, Asaki awalnya optimistis tingkat utilisasi produksi keramik nasional pada 2025 bisa menyentuh level 85%, seperti yang telah dicanangkan pada awal tahun ini. Tetapi, industri keramik nasional saat ini sedang berhadapan dengan sejumlah tantangan.

Tantangan utama datang dari gangguan pasokan gas yang disertai dengan mahalnya biaya tambahan (surcharge) gas. Edy menyoroti realisasi perpanjangan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), yang tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 76.K/MG.01/MEM.M/2025.

Dalam beleid yang terbit pada akhir bulan Februari 2025 itu, kebijakan HGBT berlaku untuk tujuh sektor industri, salah satunya adalah industri keramik. Harga gas bumi sebagai bahan bakar dipatok sebesar US$ 7 per million british thermal unit (MMBTU), sedangkan harga gas untuk bahan baku sebesar US$ 6,5 per MMBTU.

Baca Juga: Tarif Impor AS Berlaku, Pengusaha Keramik Waspadai Ancaman Ini

Edy bilang, persentase Alokasi Gas Industri Tertentu (AGIT) mengalami penurunan, yang berdampak pada tingkat utilisasi produksi keramik. Merujuk data Asaki, persentase besaran AGIT menurun pada bulan April, baik di wilayah Jawa bagian barat maupun Jawa bagian timur.

Di Jawa bagian barat, persentase AGIT pada bulan Februari, Maret dan April masing-masing sebesar 73%, 77% dan 65%. Pada periode yang sama, persentase AGIT di Jawa bagian timur adalah 58%, 61% dan 49%.

Menurut Edy, penurunan AGIT pada bulan April telah menggerus daya saing industri keramik nasional. Dia menggambarkan, pelaku industri harus berproduksi dengan rata-rata biaya gas sebesar US$ 8 per MMBTU, bahkan lebih. 

"Artinya, kurang lebih 15% lebih mahal dari kebijakan HGBT. Sangat disayangkan, terlebih untuk Jawa bagian timur yang seharusnya tidak ada kendala tentang supply gas. Namun diinformasikan ada gangguan di hulu yang membutuhkan waktu perbaikan sampai dengan Oktober," ungkap Edy.

Faktor lain yang menjadi tantangan pelaku industri keramik adalah daya beli masyarakat, yang bisa menekan permintaan terhadap keramik. Asaki melihat mulai muncul indikasi daya beli yang melandai pasca lebaran Idulfitri.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, Asaki pun memangkas target utilisasi produksi keramik nasional dari 85% menjadi 70% - 75%. "Kami terpaksa merevisi target utilisasi produksi keramik nasional tahun 2025 ke angka yang lebih realistis," jelas Edy.

Edy berharap target utilisasi produksi keramik  tahun ini bisa tercapai. Salah satu pendorongnya adalah program pemerintah terkait proyek perumahan rakyat tiga juta unit, yang diharapkan bisa segera bergulir pada semester II-2025.

Faktor lain yang bisa menopang kinerja industri keramik nasional adalah kemampuan untuk mensubstitusi produk keramik impor dari China pasca kebijakan BMAD. "Industri keramik nasional mulai mengisi pasar menengah atas," tandas Edy.

Selanjutnya: AS dan China Sepakati Pemangkasan Tarif Sementara, Ketegangan Dagang Mereda

Menarik Dibaca: 6 Ciri-Ciri Moisturizer Tidak Cocok, Jangan Dipakai Lagi Ya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×