Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai membidik peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) lewat penataan izin wilayah kerja (WK) migas yang telantar.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut sejumlah blok migas yang sudah berizin belum juga digarap, padahal menyimpan potensi produksi yang cukup signifikan.
Bahlil mengungkapkan, setidaknya terdapat potensi tambahan produksi sekitar 5.000 barel hingga 7.000 barel per hari dari blok-blok mangkrak di sekitar Natuna.
Baca Juga: Minta Restu Presiden, Menteri ESDM Bahlil Akan Evaluasi Izin Blok Migas Terlantar
“Kami juga laporkan kepada Bapak Presiden bahwa di sekitar blok-blok ini ternyata masih banyak blok-blok yang bisa kita kerjakan, tetapi pemegang izinnya sudah lama dipegang dan tidak beroperasi dan ini bisa meningkatkan lagi kurang lebih sekitar 5.000 sampai dengan 7.000 barel per hari di sekitar sini (Natuna),” kata Bahlil, Jumat (16/5).
Sebagai dasar hukum, Kementerian ESDM telah menerbitkan Kepmen ESDM No. 110.K/MG.01/MEM.M/2024 yang mengatur kriteria blok migas tidak diusahakan. Antara lain, lapangan produksi yang tidak aktif selama dua tahun berturut-turut, atau plan of development (POD) lanjutan yang tidak dieksekusi dalam dua tahun, serta struktur dengan status discovery yang tidak ditindaklanjuti dalam tiga tahun.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Migas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, potensi blok-blok tidak aktif sangat besar. Ia menilai kondisi ini merugikan negara karena sumber daya migas menjadi tidak termanfaatkan.
“Sayang kalau sudah ambil blok tapi tidak dikerjakan. Harus di-review, kenapa tidak jalan—apakah karena pendanaan, cari partner, atau perubahan strategi,” kata Moshe kepada Kontan, Senin (19/5).
Baca Juga: Raharja Energi Cepu (RATU) Bakal Akuisisi Dua Blok Migas Produksi di Jawa & Sumatra
Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai rencana evaluasi ini sebagai langkah baik untuk mendongkrak lifting migas nasional, namun tetap mengingatkan perlunya kehati-hatian agar tidak menimbulkan ketidakpastian investasi
“Sebagian besar blok telantar itu skalanya kecil, kecuali Masela yang memang besar tapi progresnya lambat. Perlu solusi, bukan sekadar mencabut izin,” ujarnya kepada Kontan, Senin (19/5).
Pengamat ekonomi energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki menekankan perlunya penemuan cadangan migas baru yang signifikan. Ia menyebut sebagian besar potensi saat ini masih bersifat hypothetical.
Baca Juga: 40 Investor Melirik Hulu Migas Indonesia
“Menyisir blok-blok potensial adalah langkah rasional. Tapi harus disusun portofolio berdasar risiko dan kelayakan teknis maupun ekonomis,” katanya kepada Kontan, Senin (19/5)
Yayan juga mengingatkan bahwa umur ladang minyak di Indonesia sudah semakin pendek, berkisar 20 tahun–25 tahun. Ia menyarankan agar Indonesia mulai transisi menuju energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News