kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri ESDM: Dalam satu dekade, biaya investasi PLTS turun 80%


Senin, 24 Mei 2021 / 14:20 WIB
Menteri ESDM: Dalam satu dekade, biaya investasi PLTS turun 80%
ILUSTRASI. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan biaya investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) turun 80% dalam sedekade terakhir.

Arifin menambahkan, penurunan biaya investasi bahkan juga terjadi di Indonesia. "Penawaran terendah pengembangan PLTS di Saudi Arabia oleh ACWA Power 1,04 sen dolar per kWh. Penurunan investasi PLTS juga dirasakan di Indonesia, di mana harga jual dari PLTS terapung Cirata berkapasitas 145 MW 5,8 sen dolar per kWh," ungkap Arifin dalam keterangan resmi, Senin (24/5).

Arifin melanjutkan, berdasarkan market sounding oleh PLN, penawaran harga listrik PLTS terapung di beberapa lokasi antara 3,68-3,88 sen dolar per kWh.

Baca Juga: Kementerian ESDM targetkan pengembangan sektor hulu PLTS

PLTS sendiri sekarang menjadi primadona sebagai sumber energi di dunia. Berdasarkan data IRENA tahun 2020, Tiongkok menjadi negara terbesar di dunia dalam memanfaatkan energi surya dengan kapasitas terpasang sebesar 263 GW pada tahun 2019. "Ini diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan masing-masing kapasitas terpasang 62 GW dan 61 GW," jelas Arifin.

Arifin mengungkapkan pengembangan sektor hulu PLTS juga bakal didorong pemerintah.

Arifin menilai, jika tidak dilaksanakan maka  dampak berkepanjangan menimpa industri domestik, seperti diskriminasi pengenaan pajak karbon (carbon tax). Hal ini pun bukan tidak mungkin berdampak pada industri hilir nantinya.

Selanjutnya: Sambut baik rencana carbon tax, Inaplas minta reward dan punishment diperjelas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×