Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
Tulang Punggung yang Bergeser
Alhasil, tulang punggung produksi migas nasional itu sudah bergeser. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini penyumbang produksi minyak nasional telah bergeser ke Blok Cepu yang menyumbang seperempat dari produksi minyak nasional.
Dwi menyebut, saat ini Blok Rokan memproduksi minyak sekitar 190.000 bph. Sedangkan produksi Blok Cepu, sudah mencapai di angka 216.000 bph. Dengan tambahan produksi dari Lapangan Kedung Keris yang baru diresmikan pada Selasa, 17 Desember 2019 lalu, Dwi optimistis pada tahun depan Blok Cepu bisa tetap menggantikan Blok Rokan sebagai penyokong produksi minyak nasional.
Baca Juga: SKK Migas: Hitung-hitungan soal keuntungan jadi kendala transisi Rokan
Apalagi, Dwi memproyeksikan produksi Blok Rokan pada tahun depan akan terus merosot seiring dengan masa transisi alih kelola. Sebab, Chevron tidak lagi berinvestasi di Blok Rokan. "2018 produksi minyak tertinggi masih Chevron (Rokan), 2019 sudah disalip oleh Exxon Cepu. Disaat yang sama Rokan terus decline, di Cepu justru ada potensi meningkat," kata Dwi saat meresmikan Lapangan Kedung Keris di Bojonegoro, Selasa (17/12).
Dalam kesempatan yang sama, Dwi memproyeksikan produksi minyak Blok Rokan pada tahun depan akan melanjutkan tren penurunan hingga menjadi 161.000 bph. Lebih mini dari target tahun ini yang berada di angka 190.000 bph.
Karenanya, untuk menekan penurunan produksi alamiah alais decline, Dwi meminta supaya Pertamina bisa segera melaksanakan transisi dengan melakukan pengeboran sumur di Blok Rokan. "Kami mendorong transisi berjalan secepat-cepatnya. Ekspektasinya Pertamina harus bisa berinvestasi (pada tahun 2020)," ungkap Dwi.
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menginginkan agar holdiing migas BUMN tersebut bisa segera memulai masa transisi di Blok Rokan. Nicke pun berharap, Pertamina bisa berinvestasi lebih awal di tahun depan.
Dalam hal ini, Nicke berkaca dengan masa transisi di Blok Mahakam yang terjadi penurunan produksi lantaran pengurangan investasi oleh operator lama saat masa transisi. Adapun, Pertamina menganggarkan investasi sebesar US$ 3,72 miliar untuk semua aktivitas hulu pada tahun 2020.
"Dengan pengalaman Mahakam ini lah kita harus melakukan extra effort untuk bisa masuk lebih awal di (Blok) Rokan, agar penurunan produksi di masa transisi tidak terjadi. Karena biasanya operator lama tidak ada keinginan untuk melakukan investasi di tahap transisi," ujar Nicke dihadapan Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu.
Sebagai informasi, Blok Rokan memiliki luas 6.220 kilometer dan mempunyai 96 lapangan. Tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap. Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel.
Baca Juga: Ginting Jaya Energi (WOWS) Siap Tambah Rig Agar Kinerja Ciamik
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Kementerian ESDM memutuskan untuk memercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina pada 31 Juli 2018. Kementerian ESDM mengklaim, keputusan tersebut diambil atas dasar pertimbangan bisnis dan ekonomi setelah mengevaluasi pengajuan proposal Pertamina yang dinilai lebih baik dalam mengelola blok tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News