kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Menteri Nadiem dukung hadirnya inovasi berbasis pengurangan risiko


Senin, 13 Desember 2021 / 14:55 WIB
Menteri Nadiem dukung hadirnya inovasi berbasis pengurangan risiko


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Pembicara lain yang hadir dalam webinar tersebut juga menjabarkan soal pentingnya kajian pengurangan risiko di bidang kesehatan dan lingkungan. Prof (Ris) Dr. Endang Sukara pakar Life Science dan Guru Besar UNAS menjelaskan bahwa inovasi serta penelitian di bidang bioteknologi harus lebih banyak didorong oleh universitas karena berpotensi besar mengurangi risiko Kesehatan dan lingkungan.

“Dalam konteks pengurangan bahaya lingkungan, riset trans atau meta disiplin dapat menjadi awal solusi penyelesaian masalah lingkungan,” paparnya.

Selain itu, mantan Direktur Kebijakan Penelitian dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia, Profesor Tikki Pangestu menerangkan persepsi lain terkait pengurangan risiko sehubungan dengan pengurangan risiko tembakau.

Dalam paparannya Tikki menyebutkan rokok sebagai salah satu permasalahan kesehatan akut yang harus segera diselesaikan melalui produk inovasi yang menerapkan konsep pengurangan risiko. Sebab, jumlah perokok di Indonesia telah mencapai 65 juta. 

Baca Juga: Pakar Kesehatan: Penerapan new normal harus mengacu pada kajian ilmiah

“Apakah ada inovasi baru untuk turunkan prevalensi? Jawabannya ada. Produk tembakau alternatif untuk mengatasi epidemi merokok,” ungkap Tikki.

Tikki meneruskan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus, telah menerapkan konsep pengurangan risiko.

Produk-produk tersebut mampu meminimalisasi risiko hingga 90%-95%. Namun, karena minimnya riset mengenai hal ini di Indonesia menyebabkan banyak pihak belum mengetahuinya.   

Dengan menggerakkan riset, hasil dari kajian tersebut nantinya dapat menjadi acuan bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan suatu aturan.

"Isu ini sangat sensitif sehingga harus didorong dengan banyak penelitian di bidang ini. Penelitian adalah bagian integral untuk mencari solusi demi permasalahan kesehatan,” ujar Tikki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×