Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Meski banyak investor asing yang menyerbu sektor baja, namun hal ini belum akan membuat pasar baja di Indonesia akan kelebihan pasokan. Artinya, ke depan Indonesia masih tetap membutuhkan impor baja dari luar negeri.
Direktur Utama PT Krakatau Steel (KS) Fazwar Bujang mengatakan relokasi pabrik dari China belum tentu akan menambah kapasitas produksi baja hilir di Indonesia. Sebab, "Kalau Guo Feng Iron itu hanya akan memasok slab yang akan diolah oleh PT Gunung Garuda, sehingga pasokan finish product tidak akan bertambah," ujarnya Kamis (30/9).
Ia menambahkan untuk tahun depan, kapasitas produksi industri baja dalam negeri juga belum akan bertambah. "Kapasitas produksi untuk baja hilir tahun depan masih akan stagnan, belum ada tambahan kapasitas produksi" katanya. Saat ini kapasitas produksi industri baja nasional sekitar 5,5 juta - 6 juta ton per tahun.
Sementara itu, Fazwar bilang pembangunan pabrik baru membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun. "Kalau untuk relokasi dibutuhkan waktu setidaknya 2 tahun," ungkapnya. Artinya, hingga dua tahun ke depan setidaknya kapasitas produksi baja belum akan meningkat.
Sekadar menyegarkan ingatan, setelah Pohang Steel & Iron Company (Posco) menggandeng PT Krakatau Steel dan ArcellorMittal yang berencana menggandeng PT Banten Global Development (BGD) untuk mendirikan pabrik baja di Indonesia, kini giliran perusahaan baja asal China Guo Feng Iron Steel Co.Ltd yang akan memindahkan pabriknya ke Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News