Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, Mining Industry Indonesia (MIND ID) tengah memperhitungkan dampak jika proyek hiliriasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG) dilakukan.
Untuk diketahui, sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa proyek hilirisasi DME yang masuk dalam 21 proyek hilirisasi tahap pertama di bawah Satgas Hilirisasi akan diprioritaskan digarap oleh Badan Usaha Milik Negara.
Di mana, BUMN sektor mineral dan tambang adalah MIND ID khusus batubara melalui anggotanya PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Menurut Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha, Dilo Seno Widagdo, dalam perhitungan MIND ID, harga gas LPG yang berasal dari DME jauh lebih mahal dibandingkan dengan jika pemerintah mengimpor LPG dari Arab Saudi melalui Saudi Aramco.
Baca Juga: Umur Tambang Tersisa 4 Tahun, Ini Rencana Strategis Terbaru MIND ID
"Dari hasil sensitifiti-nya, harga DME (tercapai) itu kalau harga LPG-nya di Saudi Aramco di atas US$ 1.000 (per ton metrik), itu seharusnya baru bisa ekonomis," ungkapnya.
Dilo menjelaskan, harga DME sebagai substitusi LPG bisa tercapai jika harga LPG impor dari Saudi Aramco naik hingga di atas US$ 1.000 per ton metrik (MT). Artinya nilai keekonomian dari DME hanya bisa tercapai jika harga LPG impor lebih tinggi.
Namun, nilai keekonomian ini tidak akan tercapai jika harga LPG Saudi Aramco jauh lebih murah, misalnya di bawah US$ 800 MT.
"Kalau di bawah, sekarang (harga LPG Aramco) kan di bawah 800. Dampaknya batubara akan dihargai US$ 16 per ton," kata dia.
Memang, jika mengutip data 3MCO, harga LPG Saudi Aramco sejak Januari tahun ini berasa pada kisaran US$ 625 per MT hingga US$ 615 per MT.
MIND ID dan Hilirisasi Batubara yang Condong pada Grafit Sintetis
Lebih jauh, Dilo menyebut bahwa secara keekonomian hiliriasi batubara menjadi grafit sintetis (artificial graphite) untuk bahan baku baterai, terutama baterai Lithium-ion (Li-ion) pada kendaraan listrik, lebih terlihat jelas.
"Ya sintetik grafit, karena jelas. Dari supply-nya ada, teknologi-nya proven, jadi kita bisa manage capex. Dan untuk penyediaan market-nya juga jelas," jelas Dilo.
Ia juga menyebut, dengan poin-poin pendukung tersebut, MIND ID memiliki kecondongan untuk melakukan hilirisasi batubara menjadi grafit sintetis, bukan sebagai DME.
Baca Juga: MIND ID Ungkap Potensi Kerja Sama dengan Arab Saudi Sektor Aluminium
"Kita kan vision-nya memang untuk mendukung industri strategis-nya EV battery ekosistem, bukan LPG," tambahnya.
Di sisi lain, jika dilakukan untuk DME, selain perlu menyesuaikan dari sisi keekonomian, MIND ID juga perlu mencari pembeli atau offtaker pasti dari proyek gas ini.
Sebelumnya, dalam catatan Kontan, Direktur Utama PTBA Arsal Ismal sempat mengungkap akan melanjutkan proyek DME jika manfaat dari gasifikasi batubara ini lebih besar dan melebihi risiko yang ada.
“Tinggal nilai keekonomiannya yang kami bicarakan detail dengan pemerintah, termasuk offtaker-nya,” tandas Arsal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News