kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

Mobil Baru Kian Tak Terjangkau Akibat Inflasi dan Pajak Tinggi


Jumat, 03 Oktober 2025 / 22:48 WIB
Mobil Baru Kian Tak Terjangkau Akibat Inflasi dan Pajak Tinggi
ILUSTRASI. GAIKINDO menunjukkan bahwa penjualan retail mobil sepanjang Januari hingga Juni 2025 tercatat sebanyak 390.467 unit, turun 9,7 persen YoY. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.


Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan mobil baru di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada 2025.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan bahwa penjualan retail mobil sepanjang Januari hingga Juni 2025 tercatat sebanyak 390.467 unit, turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 432.453 unit.

Fenomena ini sejalan dengan penyusutan jumlah masyarakat kelas menengah. Menurut data PwC Indonesia, terdapat penurunan jumlah kelas menengah sebesar 9,48 juta orang dalam lima tahun terakhir.

Hal ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama terhadap kendaraan roda empat.

Baca Juga: Penjualan Mobil Hybrid Hyundai Capai 20% di Semester I, Stargazer Masih Jadi Andalan

"Penurunan jumlah kelas menengah, ditambah dengan faktor-faktor seperti suku bunga tinggi, inflasi, dan beban pajak kendaraan, membuat harga mobil kelas menengah menjadi kurang terjangkau," ujar Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknoolgi Bandung (ITB) kepada Kompas.com, Kamis (2/10/2025).

 
Sebagai contoh, model-model mobil seperti Daihatsu Sigra, Honda Brio, dan Toyota Avanza, yang sebelumnya menjadi favorit di segmen mobil harga terjangkau, mengalami penurunan penjualan yang signifikan.

Daihatsu Sigra, misalnya, mencatatkan penurunan penjualan sebesar 32,7 persen pada semester pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, pasar sepeda motor tetap menunjukkan ketahanan. Sepeda motor tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah karena harganya yang lebih terjangkau, biaya operasional yang rendah, dan fleksibilitas penggunaannya.

Hal ini menjadikan pasar sepeda motor entry level tetap tinggi, bahkan di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

Baca Juga: Pelemahan PMI Manufaktur Jadi Sinyal Penurunan Permintaan di Sektor Otomotif

Pergeseran preferensi konsumen ini menjadi sinyal bagi produsen otomotif untuk menyesuaikan strategi mereka, baik dalam hal harga, opsi pembiayaan, maupun nilai tambah, agar tetap kompetitif di tengah pelemahan kelas menengah.

“Dalam kaitannya dengan piramida ekonomi terbawah, dalam hal ini kelas menengah bawah yang merupakan segmen terbesar masyarakat Indonesia, inilah yang menjadikan pasar utama sepeda motor," kata Yannes.

Selanjutnya: Tantangan Semakin Berat, UMKM Bisa Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Berkembang

Menarik Dibaca: 10 Prompt Gaya Kasual Hollywood untuk Pria pakai Gemini AI Photo Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×