Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) menyiapkan strategi untuk beradaptasi terhadap tantangan di industri kaca dan dinamika ekonomi . MLIA pun membidik target yang cukup konservatif pada tahun 2025.
Direktur & Corporate Secretary Mulia Industrindo, Henry Bun mengungkapkan, MLIA menargetkan bisa mencapai penjualan sekitar Rp 4,6 triliun pada 2025. Meningkat 4,3% dibandingkan penjualan MLIA pada tahun 2024 senilai Rp 4,41 triliun.
Target tersebut akan dicapai melalui optimalisasi kapasitas produksi dan pertumbuhan volume penjualan. Secara keseluruhan, pada tahun 2025 MLIA menargetkan kenaikan volume sekitar 3%.
Adapun, MLIA menjual empat segmen produk: kaca lembaran, botol kemasan, glass block dan kaca pengaman otomotif. Segmen produk kaca mendominasi pendapatan MLIA dengan porsi 65%, sementara industri kaca menyumbang 35%.
Henry merinci, di segmen produk kaca lembaran, pada tahun ini MLIA menargetkan kenaikan volume 2%. Sedangkan target untuk botol kemasan bisa tumbuh sebanyak 15%.
Baca Juga: BEI Pantau Pergerakan Saham Mulia Industrindo (MLIA)
Sebagai perbandingan, MLIA menjual sebanyak 481.000 ton kaca lembaran dan 182.000 ton botol kemasan pada tahun 2024. Hingga kuartal I-2025, volume penjualan empat segmen produk MLIA kompak merosot.
Volume penjualan kaca lembaran MLIA berada di level 109.000 ton, dan 42.000 ton botol kemasan. Volume penjualan kaca lembaran maupun botol kemasan MLIA masing-masing turun sekitar 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Sedangkan pada segmen glass block, terjadi penurunan sekitar 8% (yoy) menjadi 13.000 ton. Kaca pengaman otomotif ikut merosot sekitar 13% (yoy) menjadi 230.000 m2 dalam periode tiga bulan pertama 2025.
Penurunan volume penjualan ini menekan kinerja keuangan MLIA. Pendapatan MLIA menyusut 7,5% (yoy) dari Rp 1,07 triliun menjadi Rp 991,94 miliar. Sedangkan laba bersih periode berjalan MLIA anjlok 74,42% (yoy) dari Rp 105,82 miliar menjadi Rp 27,06 miliar pada kuartal I-2025.
Penurunan kinerja MLIA disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk akibat dinamika ekonomi dan efek dari perang dagang. "2025 adalah tahun yang cukup berat. Ada beberapa hambatan, termasuk perang tarif. Kami berharap negosiasi yang sedang berjalan akan membuat pasar lebih tenang," terang Henry dalam paparan publik, Jumat (23/5).
Porsi penjualan domestik dan ekspor MLIA tak jauh berbeda untuk produk kaca maupun botol. Sekitar 60% ditujukan ke pasar domestik, dan 40% untuk ekspor.
Penjualan kaca lembaran MLIA mayoritas ditujukan ke wilayah Asia dengan porsi 90%. Sisanya ke pasar Australia (6%), Eropa (2%), Amerika (1%) dan Afrika (1%). Sedangkan untuk produk botol kaca dan glass block, porsi pasar Asia mencapai 84%. Sisanya dipasok ke Amerika (14%) dan Eropa (2%).
Henry menambahkan, di pasar domestik, kehadiran dua produsen kaca asal Korea Selatan dan China membuat kapasitas produksi meningkat. Namun di tengah kondisi ekonomi saat ini, penetrasi permintaan di dalam negeri bisa terhambat.
MLIA pun mengantisipasi potensi terjadinya kelebihan pasokan yang bisa menekan harga jual. Dus, MLIA ingin menggenjot penjualan ekspor. "Ketika volume di domestik berkurang, harapannya akan dapat dikompensasi dengan pasar ekspor," ungkap Henry.
Berbeda dari segmen kaca, MLIA lebih optimistis memandang prospek botol kemasan. Sebab, penjualan botol kemasan ditopang oleh sektor makanan & minuman yang masih berpotensi tumbuh. Sebagai upaya menggenjot produksi, MLIA pun melakukan re-build pada fasilitas produksi botol.
Secara keseluruhan, pada tahun ini MLIA menyiapkan belanja modal (capex) sekitar Rp 400 miliar. Dengan rincian Rp 150 miliar untuk capex rutin, dan Rp 250 miliar untuk keperluan proyek, termasuk re-build tungku baru.
Di luar tantangan dinamika ekonomi dan industri, Henry menyoroti pasokan gas untuk kebutuhan industri. Henry berharap kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bisa berjalan sesuai ketentuan.
Baca Juga: Harga Emas Antam Logam Mulia Naik Rp 8.000 Per Gram Hari Kamis (22/5)
Sebab, harga gas berdampak signifikan pada biaya produksi dan margin laba perusahaan. "Kami harapkan ke depannya pemerintah bisa menjaga harga gas, supaya tidak terlalu memperatkan industri dengan kondisi ekonomi yang ada pada saat ini," tandas Henry.
Meski di tengah tantangan, tapi MLIA tetap menebar dividen bagi para pemegang sahamnya. MLIA menyisihkan sekitar Rp 46 miliar untuk pembayaran dividen.
Jumlah itu setara dengan 14,79% dari laba bersih yang diraih MLIA pada 2024 sebesar Rp 311 miliar. Dengan alokasi tersebut, para pemegang saham MLIA akan mendapatkan dividen senilai Rp 7 per saham.
Selanjutnya: BNI Melakukan Transformasi Layanan Nasabah Prioritas
Menarik Dibaca: Catat Kinerja Positif, XRP dan ETH Jadi Altcoin Potensial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News