Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
Efisiensi usaha
Multipolar membagi bisnis dalam beberapa kategori, meliputi ritel, telekomunikasi, multimedia & teknologi serta bisnis lain & investasi. Tujuh anak usaha atau usaha investasinya berstatus perusahaan terbuka. Sebut saja PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), PT First Media Tbk (KBLV) dan PT Link Net Tbk (LINK). Kemudian PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI).
Hingga akhir tahun lalu, segmen bisnis eceran dan distribusi masih mendominasi pendapatan Multipolar hingga Rp 9,07 triliun atau berkontribusi sekitar 74,16%. Sejauh ini, dominasi tesebut masih berlanjut.
Masalahnya, pandemi Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mengerem laju segmen bisnis eceran dan distribusi alias ritel. Operasional pusat perbelanjaan Multipolar harus tutup sementara. Padahal, momentum seperti Lebaran sangat penting bagi bisnis ritel mereka.
Multipolar mencatatkan penurunan penjualan yang signifikan dalam sebulan hingga dua bulan terakhir. hanya saja, manajemen MLPL belum bisa menyampaikan nilai penurunan itu dan proyeksi terhadap kinerja penjualan sepanjang 2020.
Kendati begitu, Multipolar telah mengupayakan berbagai upaya efisiensi demi menahan penurunan kinerja lebih dalam. Matahari Putra Prima misalnya, menciutkan ukuran gerai demi memangkas biaya sewa, asuransi dan pengeluaran lain. Kunjungan ke gerai-gerai anak usaha juga berkurang demi memangkas biaya perjalanan.
Selain itu, tahun ini Multipolar fokus pada pengelolaan liabilitas karena memiliki beberapa utang bank. "Kami berusaha menguranginya dengan menggunakan kas yang ada untuk melakukan pembayaran pinjaman sehingga bisa mengurangi beban biaya keuangan," terang Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News