Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nestle Indonesia menanamkan investasi sebesar US$ 100 juta untuk menambah kapasitas ketiga pabriknya sebesar 25%.
Director Corporate Affairs Nestlé Indonesia Debora Tjandrakusuma menyatakan PT Nestlé Indonesia berinvestasi sebesar US$ 100 juta untuk perluasan tiga pabriknya yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, Kejayan Jawa Timur dan Panjang Lampung.
Baca Juga: Ekspor industri mamin capai level US$ 27,28 miliar tahun 2019
"Investasi ini digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi Nestlé di Indonesia saat ini sebesar 25% ," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).
Melansir rilis Kemenperin (26/1) Nestle meningkatkan kapasitasnya dari sebelumnya 625.000 ton menjadi 775.000 ton per tahun. Debora menjelaskan lebih lanjut keseluruhan perluasan pabrik ini direncanakan untuk memproduksi beberapa produk yang telah ada maupun akan hadir di Indonesia, seperti BEAR BRAND, MILO dan MAGGI.
Adapun ekspansi ini sejalan dengan rencana Kementerian Perindustrian yang ingin fokus memacu pengembangan industri makanan dan minuman (mamin) agar terus memiliki kinerja yang gemilang.
Tak heran, Kemenperin melihat selama ini industri mamin menjadi sektor andalan karena mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, baik itu melalui peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, maupun capaian nilai ekspor.
Baca Juga: Dua Kelinci bidik pertumbuhan penjualan di atas 20% tahun ini
“Pemerintah telah menetapkan industri mamin menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan pengembangannya sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Melalui implementasi industri 4.0 ini, diharapkan industri mamin kita lebih berdaya saing hingga kancah global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Minggu (26/1).
Kemenperin juga menjelaskan industri mamin berperan penting terhadap pemerataan usaha di Tanah Air. Pasalnya, sektor strategis ini didominasi oleh para pelaku usaha yang sebagian banyak adalah berskala industri kecil dan menengah (IKM).
Agus menyatakan dengan teknologi digital sebagai penopang utamanya pada proses produksi, Kemenperin meyakini akan dapat meningkatkan produktivitas secara efisien dan menciptakan inovasi di sektor industri.
Guna mencapai sasaran itu khususnya bagi industri mamin, Kemenperin bersama Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) tengah mendorong pembangunan innovation center.
Baca Juga: Digitaraya kini mulai mencari start up yang berorientasi pasar global
Adanya pusat inovasi tersebut diharapkan para pelaku industri mamin di dalam negeri termasuk sektor IKM, memanfaatkan pengembangan teknologi modern sehingga produk yang dihasilkan bisa kompetitif di pasar domestik dan mampu mengisi kebutuhan ekspor. “Apalagi, pemerintah telah menyiapkan insentif super deduction tax bagi perusahaan yang ingin mengembangkan inovasi,” imbuhnya.
Berdasarkan data Kemenperin, produk mamin Indonesia mampu mencatatkan nilai ekspor tertinggi di kelompok manufaktur, dengan capaian US$ 27,28 miliar sepanjang tahun 2019.
Selain itu, industri mamin juga sebagai penyetor terbesar terhadap nilai investasi pada periode Januari-September 2019 di angka Rp 41,43 triliun. Selanjutnya, industri mamin menyerap paling banyak tenaga kerja di sektor manufaktur dengan jumlah 4,74 juta orang hingga Agustus 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News