kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

New normal, banyak perusahaan lakukan rasionalisasi untuk bertahan


Selasa, 16 Juni 2020 / 10:57 WIB
New normal, banyak perusahaan lakukan rasionalisasi untuk bertahan


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pandemi Covid-19 menyebabkan pengurangan karyawan tak terhindarkan. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi mempertahankan keberlangsungan usaha di tengah situasi sulit. Hal ini menimpa mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan atau startup.

Heru Sutadi, Pengamat Teknologi sekaligus Executive Director Indonesia ICT Institute mengatakan pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir. Termasuk pada situasi pandemi Covid-19 saat ini.

Menurutnya, ada dua macam pengurangan karyawan yang terjadi yakni rasionalisasi dan restrukturisasi. Restrukturisasi biasanya ditempuh dalam rangka efisiensi karena bisa digantikan teknologi atau pihak ketiga yang lebih murah.

Baca Juga: Lindungi pasar tradisional agar geliat ekonomi di era new normal terjaga

”Misalnya di perusahaan telekomunikasi. Tadinya saya memiliki orang untuk berikan layanan call center. Dalam perjalanannya, biaya call center mahal. Saya jadi pakai pihak ketiga. Bentuk restrukturisasi perusahaan hadapi tantangan baru. Ini hal umum terjadi," ujarnya, Selasa (16/6)

Ia menyarankan agar perusahaan mengambil langkah restrukturisasi sebagai solusi. Misalnya bagian usaha yang tidak penting dikurangi. Intinya optimalisasi perusahaan.

Perlu disadari bahwa pendapatan perusahaan jauh berkurang pada situasi saat ini. Rasionalisasi pun terbentuk. Ia mencontohkan pada sebuah perusahaan maskapai yang sampai harus mengurangi jumlah pilotnya.

”Sekarang kondisinya memang harus dikurangi. Dalam situasi penting atau pun nggak penting dari karyawan itu. Seperti pilot Garuda. Posisinya penting tapi sekarang harus dikurangi," lanjutnya.

Mayoritas perusahaan saat ini tidak berpikir pada pertumbuhan kinerja. Lebih kepada situasi bertahan agar tidak tumbang. Sebab jika sampai kolaps, dampak negatifnya akan jauh lebih besar. Saat ini, istilahnya adalah survive. Semua masuk tahap survival alias bertahan hidup lebih penting.

Misalnya perusahaan maskapai penerbangan seperti Emirates dan Garuda Indonesia yang harus menempuh kebijakan pengurangan karyawan.

Baca Juga: Ekspor CPO masih surplus, pelaku usaha dukung kebijakan ekspor di era new normal




TERBARU

[X]
×