kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

New normal, banyak perusahaan lakukan rasionalisasi untuk bertahan


Selasa, 16 Juni 2020 / 10:57 WIB
New normal, banyak perusahaan lakukan rasionalisasi untuk bertahan
ILUSTRASI. Sejumlah buruh berjalan keluar dari pabrik Beesco Indonesia di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/6/2020). Kementerian Ketenagakerjaan meminta para pengusaha merekrut kembali pekerja atau buruh yang terkena PHK dan dirumahkan akibat pandemi COVID-19 dengan har


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pandemi Covid-19 menyebabkan pengurangan karyawan tak terhindarkan. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi mempertahankan keberlangsungan usaha di tengah situasi sulit. Hal ini menimpa mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan atau startup.

Heru Sutadi, Pengamat Teknologi sekaligus Executive Director Indonesia ICT Institute mengatakan pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir. Termasuk pada situasi pandemi Covid-19 saat ini.

Menurutnya, ada dua macam pengurangan karyawan yang terjadi yakni rasionalisasi dan restrukturisasi. Restrukturisasi biasanya ditempuh dalam rangka efisiensi karena bisa digantikan teknologi atau pihak ketiga yang lebih murah.

Baca Juga: Lindungi pasar tradisional agar geliat ekonomi di era new normal terjaga

”Misalnya di perusahaan telekomunikasi. Tadinya saya memiliki orang untuk berikan layanan call center. Dalam perjalanannya, biaya call center mahal. Saya jadi pakai pihak ketiga. Bentuk restrukturisasi perusahaan hadapi tantangan baru. Ini hal umum terjadi," ujarnya, Selasa (16/6)

Ia menyarankan agar perusahaan mengambil langkah restrukturisasi sebagai solusi. Misalnya bagian usaha yang tidak penting dikurangi. Intinya optimalisasi perusahaan.

Perlu disadari bahwa pendapatan perusahaan jauh berkurang pada situasi saat ini. Rasionalisasi pun terbentuk. Ia mencontohkan pada sebuah perusahaan maskapai yang sampai harus mengurangi jumlah pilotnya.

”Sekarang kondisinya memang harus dikurangi. Dalam situasi penting atau pun nggak penting dari karyawan itu. Seperti pilot Garuda. Posisinya penting tapi sekarang harus dikurangi," lanjutnya.

Mayoritas perusahaan saat ini tidak berpikir pada pertumbuhan kinerja. Lebih kepada situasi bertahan agar tidak tumbang. Sebab jika sampai kolaps, dampak negatifnya akan jauh lebih besar. Saat ini, istilahnya adalah survive. Semua masuk tahap survival alias bertahan hidup lebih penting.

Misalnya perusahaan maskapai penerbangan seperti Emirates dan Garuda Indonesia yang harus menempuh kebijakan pengurangan karyawan.

Baca Juga: Ekspor CPO masih surplus, pelaku usaha dukung kebijakan ekspor di era new normal

Emirates Group dikabarkan berencana memberhentikan 30.000 karyawan untuk memangkas biaya di tengah pandemi virus corona. Pemangkasan tersebut nantinya akan mengurangi 30% dari total karyawan yang mencapai 105.000 orang.

Sementara Garuda Indonesia, harus merumahkan 800 karyawannya dengan status tenaga kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Sedangkan Perusahaan transportasi daring asal Amerika Serikat, Uber, melakukan PHK kepada 6.700 karyawan sebagai imbas hantaman Covid-19.

Selain itu, Traveloka juga dikabarkan memberhentikan sebagian besar stafnya. Pasalnya, pandemi menghilangkan banyak rencana liburan. Pengurangan karyawan Traveloka disebut-sebut sekitar 100 orang atau 10% karyawan di startup ini. Kebijakan ini disebut telah dilakukan sejak awal April 2020.

Tak hanya itu, sektor ritel juga mengalami kondisi serupa. Ramayana, perusahaan ritel yang sudah eksis cukup lama juga mengurangi jumlah karyawan. Sedikitnya mencapai 84 karyawan harus kena PHK salah satunya karena penutupan gerai Ramayana Depok.

Sedangkan KFC juga sama. Beberapa waktu lalu, sebanyak 450 pekerja restoran spesialis ayam goreng itu dirumahkan, terutama di Jawa.

Baca Juga: Pemkot Tangerang perpanjang PSBB, sanksi pelanggaran PSBB bisa didenda Rp 25 juta

Airy pun mengalami tekanan hebat. Perusahaan di bidang perhotelan ini menghentikan operasionalnya secara permanen di tengah pandemi virus corona ini.

Pada saat yang sama, perusahaan sejenis yaitu Airbnb juga akan merumahkan 1.900 orang karyawannya atau setara dengan 25% dari total jumlah pekerja Airbnb saat itu.

Sedangkan Agoda, platform digital pemesanan hotel dan properti itu memutuskan untuk melakukan PHK kepada sekitar 1.500 karyawannya di 30 negara.

"Kondisi lay off atau pengurangan karyawan ini tidak terhindarkan. Sulit pertahankan karyawan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×