Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
Deddy mengatakan capaian tersebut masih sesuai dengan harapan perusahaan dan cenderung mengalami peningkatan. Capaian tersebut paling besar berasal dari perumahan bersubsidi atau FLPP.
Lebih lanjut, Deddy juga melihat pasar properti yang dia tekuni masih cukup bagus. Hanya saja terganggu dengan pengurangan kuota FLPP dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dari pemerintah.
Baca Juga: Hampir 100 gedung bertingkat di Bekasi tak dilengkapi proteksi kebakaran
"Perusahaan akan berusaha mendapatkan kuota tambahan FLPP dan mencoba menggunakan program BP2BT," ujar Deddy.
Sejatinya, pemerintah melalui Kementerian PUPR memiliki beberapa program bantuan untuk masyarakat agar bisa mendapatkan rumah layak huni. Pertama melalui program FLPP yang pada 2020 dianggarkan dana Rp 11 triliun untuk memfasilitasi 102.500 unit.
Kemudian Subsidi Selisih Bunga (SSB) dengan dana anggaran Rp 3,8 miliar untuk akad yang sudah berjalan. Namun fasilitas SSB sudah dialihkan ke FLPP.
Baca Juga: Naik 13% sejak awal bulan, ini PER dan PBV saham BRPT (Barito Pacific)
Selanjutnya SBUM Rp 600 miliar untuk memfasilitasi 150.000 unit rumah, Tapera untuk 8.460 unit rumah dan BP2BT sebesar Rp 13,4 miliar untuk 312 unit rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News